Jakarta, TopBusiness—Guru Besar Fakultas Ekonomi UI, Prof. Dr. Muhammad Ikhsan, S.E., M.A., mengatakan bahwa inflasi di tahun 2022 harus dijaga di tingkat normal yaitu 3% dengan plus-minus 1%.
“Sementara pada 2021, inflasi tercatat sebesar 1,87% yang artinya di bawah normal. Capaian 2021 merefleksikan permintaan yang masih rendah,” kata dia saat tampil dalam konferensi pers outlook perdagangan 2022 oleh Kementerian Perdagangan RI (18/1).
Selain itu, juga karena keberhasilan dalam mengendalikan inflasi volatile food yang terendah selama empat tahun terakhir.
“Menjaga inflasi tetap normal dilakukan dengan menjaga produksi, menjaga perubahan pasokan agar stok di dalam negeri tetap ada, serta menjaga agar administered prices tidak naik,” kata dia.
Menurut Ikhsan, pada 2022 terdapat beberapa risiko yang harus dihadapi. Di antaranya terkait volatile food, kenaikan harga pangan pada Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, harus dijaga. Selain itu, adanya kenaikan harga komoditas seperti minyak goreng serta antisipasi kondisi cuaca.
“Hal tersebut harus diwaspadai terutama pada triwulan pertama. Untuk itu perlu disiapkan mitigasi, misalnya dengan meningkatkan stok supaya inflasi pada volatile food dapat dijaga. Yang harus juga diantisipasi adalah kenaikan harga energi. Diharapkan hal ini akan bergerak ke pola normal sehingga tekanan pada administered prices bisa berkurang,” terang Ikhsan.