Jakarta, TopBusiness – PT Kimia Farma Tbk (kode saham: KAEF) mengumumkan kerja sama dengan Sinopharm Internasional terkait pengembangan Bahan Baku Obat (BBO), Traditional Chinese Medicine (TCM), dan Project Platform TB.
Penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dilakukan oleh David Utama PT Kimia Farma Tbk David Utama dan President Sinopharm International Zhou Song. Turut disaksikan oleh Direktur Utama Bio Farma Group Honesti Basyir dan Chairman of Sinopharm Liu Jingzhen, belum lama ini.
“Kesepakatan ini merupakan kelanjutan dari kolaborasi antara Kimia Farma dengan Sinopharm yang telah terjalin baik sewaktu penanganan Covid-19. Kimia Farma mendukung ketahanan kesehatan nasional, salah satunya dengan penguatan dan percepatan Bahan Baku Obat (BBO). Saat ini Kimia Farma telah memproduksi 14 BBO dan kita akan terus tingkatkan,” ujar David Utama, Direktur Utama KAEF dalam keterangan resmi yang diterima redaksi, Kamis (13/4/2023).
Lebih lanjut David menyampaikan bahwa kesepakatan ini juga merupakan bentuk hubungan bilateral kedua negara untuk meningkatkan dan mendorong transformasi industri kesehatan.
“KAEF berkomitmen untuk memberikan produk dan layanan kesehatan terbaik. Kami akan menindalanjuti Nota Kesepahaman ini untuk mendukung program Pemerintah di bidang kesehatan dan meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia,” kata David.
Sebagai catatan, Sinopharm merupakan salah satu dari tiga besar raksasa farmasi di Asia Pasifik. Pada 2021, Sinopharm membukukan pendapatan 453,82 miliar yuan atau setara US$ 70,2 miliar. Adapun, Kimia Farma KAEF mengantongi penjualan sebesar Rp 9,60 triliun, turun 25,28% dibandingkan dengan 2021 sebesar Rp 12,85 triliun.
Penjualan KAEF di dalam negeri tercatat turun 25,15 persen year-on-year (YoY) menjadi Rp 9,47 triliun, sedangkan penjualan ekspor turun 33,46% YoY dari Rp 200,35 miliar menjadi Rp 133,30 miliar.
Meski demikian, sepanjang tahun 2022, KAEF telah menurunkan beban usaha sebesar 5,41% atau Rp189 miliar dibandingkan tahun 2021. Efisiensi beban usaha dilakukan dari sisi efisiensi beban operasional, yaitu optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk.
‘’Di samping itu, KAEF mengupayakan penurunan beban keuangan sebesar 14,21% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini ditopang dengan dukungan perbankan melalui penurunan suku bunga dan kredit investasi serta refinancing,’’ urai David Utama.
Lebih lanjut KAEF membukukan cashflow positif di tahun 2022. Pada akhir Desember 2022, tercatat nilai kas dan setara kas naik menjadi Rp2,15 triliun dari tahun 2021 senilai Rp748 miliar. Hal ini didukung diperolehnya dana dari aksi korporasi unlock value anak usaha yang dimiliki KAEF, yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA). ‘’Kepercayaan investor menjadi bukti adanya prospek positif bagi KAEF dan industri kesehatan di Indonesia,’’ ucapnya.