Jakarta, TopBusiness – Di balik duka yang dialami I Gusti Ayu Ngurah Megawati asal Pacitan, Jawa Timur. Perempuan yang biasa disapa Megawati dan suaminya telah eksis dan sukses di daerah perantauan, Kutai Timur. Sebagai perantau selama 6 tahun lamanya, kedua pasangan membuka uasaha warung makan di Kabupaten yang kaya akan barang pertambangan seperti batubara, dan juga perkebunan kelapa sawit.
Pada 2020 duka menghapiri, Megawati dan keluarga harus pulang kampung di Pacitan dikarenakan orang tua tersayang, seiring ibunda sakit, dan akhirnya meninggal dunia. Setelah berpulang sang Ibunda di situasi Indonesia dan dunia mengalami pandemi Covid-19, maka untuk kembali ke perantauan Kutai Kertanegara ini sulit diwujudkan. Pasalnya, ketat prosedur kesehatan untuk pergi antar-pulau, antar-provinsi serta biaya transportasi sangat mahal. Sementara kondisi keuangan Megawati sudah tersedot untuk biaya pengobatan sang bunda tercinta.
Di balik ujian yang diberikan Sang Khalik kepada Megawati ini berbuah manis. Bagi Megawati dan suami yang masih milenial ini lantara berusia 26 tahun, cobaan dan ujian menjadikan diri terpacu untuk terus melakukan survei dan melihat potensi usaha agar bisa terus bertahan di kampung halaman.
Akhirnya, kegigihan Megawati melalui ujian sang Khalik berbuah manis. Memasuki Mei 2020, Megawati mendapatkan jawaban untuk menggarap, meningkatkan kualitas serta inovasi produk dari tanaman aren berupa gula aren. Di Desa Temon, Pacitan ini ada beberapa desa yang bertani tanaman Aren, serta jmemproduksi gula Aren secara tradicional secara turun-menurun.
Bagi Megawati, melihat peluang dari tanaman Aren yang banyak tumbuh di Desa Temon, maka Megawati memulai bisnis dengan suami memproduksi gula aren. Dan bagi ‘Srikandi Milenial’, inovasi dan disersifikasi produk gula aren menjadi tujuannya.
Aneka produk pengembangan dan inovasi gula aren produksi Megawati seperti, gula aren keping yang dikemas pula dengan besek bambu, lantas ada gula aren mini cub, kopi gula aren, gula aren jahe merah. Serta juga memproduksi gula aren cair dan gula aren semut, dengan 6 varian produk gula aren yang diproduksi Megawati dengan brand “Gula Aren Temon” menjadikan produk gula yang lebih aman untuk dikonsumsi dibandingkan dengan tebu.
Pengembangan dan pemberdayaan kelompok tani dan produksi gula Aren Desa Temon ini tak lepas dari kerja keras dari enterpreneur muda srikandi ini. Sebelum menekuni dan memberdayakan produk hilir gula aren ini, tidak ada pihak-pihak yang melirik keberadaan para petani aren. Pada biasanya para petani hanya memproduksi, secara turun-temurun, gula aren keping yang biasa ditemukan di pasar-pasar, akan tetapi dengan inovasi produk yang dikembangkan Megawati ini telah ada 6 varian gula aren.
Saat ini keberadaan tanaman aren telah menjadi topangan hidup bagi masyarakat Desa Temon ini, dikarenakan masyarakat kelompok tani atau Paguyuban Petani hutan aren lestari yang melingkupi 6 kecamatan perkebunan aren, yang hingga saat ini telah berkumpul 72 petani. Pada awalnya masyarakat tidak memperhatikan tanaman aren, perawatan tanaman juga tidak diperhatikan, akan tetapi setelah Megawati membnagun kelompok tani, para petani besemangat pula merawat tanaman arennya.
Bahkan sekarang ini Pemerintah Kabupaten Pacitan, pun sekarang ini telah menerapkan perlindungan bagi tanaman aren. Peraturan daerah memberikan perlindungan agar masyarakat tidak serampangan menebang pohon aren ini, dikarekan pohon aren ini di luar hasilnya yang sangat banyak ini memiliki potensi sebagai tanaman pelindung dari abrasi, longsor, serta sebagai kars penghasil sumber daya air. Jadi keberpihakan Pemerintah Kabupaten Pacitan terhadap tanaman Aren ini memberikan dukungan pula kepada masyarakat agar tanaman Aren ini bisa memebrikan pertumbuhan perekonomian Desa Temon.
Kinerja Megawati dalam meningkatkan perekonomian Desa Temon ini memang membuahkan hasil yang sangat membanggakan. Selama 4 tahun berselang, dari tahun 2020-2024, ini kinerja Srikandi Megawati dalam meroketkan gula aren Temon membuahkan hasil yang gemilang.
Kemudian, di kawasan desa Temon akan dibangun kawasan “Agro Edu Ekowisata Gula Aren”. Keberadaan kawasan agro eduwisata ini tidak serta-merta dari keinginan Megawati semata, akan tetapi ini keinginan masyarakat dan pengunjung untuk dapat langsung melakukan traning budi daya aren dan handling produk gula aren di lokasi.
“Banyak masyarakat yang mengingini untuk melakukan Pendidikan. Training produk aren menjadi produk berbanfaat bagi masyarakat dan bisa menjadi pertumbuhan bisnis. Apalagi tanaman aren merupakan tanaman pandemi dari Indonesia. Kami sangat senang bisa berbagi ilmu dengan sesama masyarakat yang sangat tertarik untuk belajar pemanfaatan tanaman aren. Masih banyak manfaat yang dapat dihaslkan dari tanaman Aren ini, kami juga terus akan melakukan inovasi untuk menggali diserfikasi produk tanaman aren. Selain dari memproduksi Gula Aren, tentunya masih ada potensi yang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan nilai jual tanaman Aren ini”, tegas Megawati kepada Top Business melalui jaringan phone.
Megawati pun mendapat manfaat besar dari tanaman aren. Semenjak tahun 2020 hingga saat ini omzet yang telah dicapai dari penjualan gula aren Temon telah mencapai Rp 20-25 juta per bulan. Megawati membangun pasar online seperti FB, Instagram, dan websib dengan www.Gula Aren Temon Pacitan.
Tentunya permintaan pasar gula aren sangat potensial sekali, baik pasar lokal, dalam negeri bahkan luar negeri. Akan tetapi diperlukan kinerja serius, terukur, tidak setengah-setengah agar pasar bisa dibina dengan baik.
Saat ini produk gula aren Temon yang diproduksi rumah produksi CV. TEMON AGRO LESTARI telah menembus pasar luar negeri seperti Canada, Denmark, dan produk gula aren telah tembus uji di Turki.
Bagi Megawati sebagai enterpreneur muda masih terus konsentrasi membangun pasar gula aren di desa Temon. Memang tidak mudah dalam membangun pasar, tegas Megawati. “Kami sebagai pengusaha kecil sangat memerlukan pasar dan juga pembayaran yang sangat pasti, karena cash flow belum besar. Banyak pengusaha besar yang menghampiri kami, akan tetapi untuk memenuhi kerja sama dengan industri besar kami belum bisa memenuhinya, tempo pembayaran sangat lama sekali, minimal 14 hari, sangat sulit bagi pengusaha kecil untuk memenuhinya,” kata dia.
Saat ini, gula aren Temon memiliki Sertifikasi Izin Pangan Inustri Rumah Tangga (PIRT), BPOM, serta Sertifikasi Nasional Indonesia (SNI) dan sertifikat halal MUI.