Jakarta, TopBusiness—Indeks harga konsumen di Amerika Serikat (AS) naik lebih cepat. Hal ini menandakan bahwa upaya untuk menurunkan laju inflasi di negara tersebut, macet.
The US Labour Department, menyebutkan bahwa di Maret 2024 berbanding 2023, angka inflasi di 3,5%. Ini lebih tinggi daripada Februari 2024 berbanding 2023 yang di 3,2%. Demikian seperti ditulis oleh BBC.com, hari ini.
The US Labour Department menyebutkan bahwa, biaya tinggi untuk minyak, perumahan, makan di luar, dan busana, menjadi penyebab utama inflasi tinggi sebesar 3,5% tersebut.
Para analis mengingatkan bahwa kurangnya kemajuan dalam menahan kenaikan harga akan membuat Bank Sentral AS memertahankan suku bunga tinggi, dalam waktu panjang.
Suku bunga tinggi, demikian dikutip dari BBC.com, membantu menstabilkan harga dengan menyebabkan harga tersebut lebih mahal untuk ekspansi bisnis dan pengeluaran lainnya. Secara teoritis, perlambatan ekonomi dengan cara tersebut, mengurangi tekanan kenaikan harga.
Bank Sentral AS (The Federal Reserve) kini mematok tingkat bunga di level tertinggi dalam dua dekade, yakni di kisaran 5,25% hingga 5,5%.
Sejumlah prediksi mengharapkan bahwa Bank Sentral AS mulai menurunkan suku bunga pinjaman pada tahun ini, untuk mengurangi laju harga tinggi sebesar 9,1% di 2022.