Jakarta, TopBusiness – Duet entitas Grup Pertamina tengah mengkaji pengembangan bahan bakar bersih yang kelak menjadi cikal bakal pembangunan raksasa atau pusat energi hijau (giant/green energy hub) di Indonesia. Energi hijau yang akan diproduksi berupa hidrogen dan amonia hijau.
Kedua entitas tersebut yaitu PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE dan PT Pertamina Gas (Pertagas), anak usaha PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN. Baik PGEO maupun Pertagas telah bersepakat menandatangani joint study agreement untuk mengembangkan bahan bakar hijau untuk mendukung agenda dekarbonisasi.
Sekretaris Perusahaan PGEO Kitty Andhora menjelaskan bahwa dalam kolaborasi tersebut, PGEO akan berperan mendukung produksi hidrogen hijau dan ammonia hijau yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai sektor terutama industri dan transportasi. Kemampuan ini tidak lepas dari kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi PGEO yang cukup besar dalam menyediakan listrik rendah emisi.
Sementara Pertagas, Kitty melanjutkan, akan menjalankan perannya untuk menyimpan dan mendistribusikan kedua bahan bakar hijau (hydrogen & ammonia) tersebut. Mengingat, Pertagas merupakan perusahaan infrastruktur penyaluran energi nasional, yang mengelola 2.930 km pipa transmisi gas terpanjang di Indonesia. Pertagas juga memiliki keahlian dalam mengelola infrastruktur.
“Kolaborasi antara PGE dan Pertagas akan mempercepat pengambangan hydrogen hijau dan ammonia hijua serta menjadi landasan bagi Pertamina dalam membangun green energy hub,” ujar Kitty dalam keterangan resminya, Kamis (6/2/2025).
Terlebih, saat ini belum ada pemain dominan di energi hijau, sehingga dengan membawa mandat mewujudkan ketahanan energi hilirisasi industri, Pertamina berpotensi menjadi pemain utama energi hijau. Peluang itu, tutur Kitty, bukan saja karena skala ekonominya, tetapi juga karena kecepatan Pertamina dalam pengembangan teknologi serta optimalisasi infrastruktur dan rantai pasok.
Di sisi lain, kerja sama antara PGEO dan Pertagas juga bagian dari strategi PGEO untuk mengembangkan energi panas bumi di sektor hulu, sekaligus memperluas pemanfaatannya di hilir melalui pembangunan ekosistem industri hijau yang terintegrasi. “Upaya ini mencakup pengembangan manufaktur komponen pembangkit listrik panas bumi serta diversifikasi bisnis hijau termasuk hydrogen,” imbuhnya.
Kitty menyebut, setelah kajian teknis tuntas, PGEO dan Pertagas akan melanjutkan studi kelayakan untuk meninjau beberapa aspek proyek termasuk potensi investasi dan pengembangan skema bisnis, alokasi sumber daya serta pemilihan teknologi yang tepat dan tata waktu implementasi.
Kata Kitty, proyek kerja sama tersebut akan dilaksanakan di wilayah kerja panas bumi (WKP) yang dikelola PGEO, dengan mempertimbangkan lokasi yang berpotensi optimal untuk mendukung produksi hydrogen hijau dan amonia hijau. “Dengan adanya sinergi ini Pertagas dan PGE semakin memperkuat peran Grup Pertamina dalam mendukung agenda transisi nasional dan berkontribusi dalam pencapaian target emisi nol pada 2060,” tutup dia.