Jakarta, TopBusiness – Kebijakan tarif baru terhadap barang-barang seluruh dunia yang masuk ke Amerika Serikat (AS) tentu saja bakal berdampak ke Indonesia. Pasalnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang dikenai tarif tinggi oleh Presiden AS Donald Trump untuk barang-barang yang masuk ke sana.
Disebut-sebut, ada beberapa sektor yang terdampak langsung oleh kebijakan Trump ini. Setidaknya, ada lima sektor pekerjaan utama di Indonesia yang paling terpukul. Mereka adalah industri tekstil dan garmen, sektor perikanan, industri padat karya lainnya, pekerja logistik dan perdagangan, serta sektor otomotif dan elektronik.
Salah satu pelaku bisnis di sektor logistik, PT Logisticsplus International Tbk (LOPI) mengakui, kebijakan tarif Trump tentu saja membuat arah baru para pelaku logistik untuk menyasar pasar-pasar di luar AS.
Direktur Utama LOPI, Wahyu Dwi Jatmiko mengatakan, dengan adanya kebijakan perang tarif ini untuk jasa logistik yang export dan import dengan mengandalkan perdagangan antara AS dan Indonesia tentunya akan sangat terpengaruh. Namun begitu, arus perdagangan juga akan segera menyesuaikan.
“Dengan kondisi itu, tentu saja akan lebih banyak mengandalkan pasar selain AS dan bergeser pola kerja sama unilateral antara Indonesia dan beberapa negara Asia, Eropa dan Afrika,” kata Wahyu kepada TopBusiness, di Jakarta, Jumat (25/4/2025).
Bagi LOPI sendiri, kata Wahyu, pihaknya sudah mengantisipasi kebijakan ini. Sejauh ini, LOPI banyak mengandalkan pasar local ketimbang luar negeri. Jika pun ada pasar luar, lebih ke pasar China melalui Logisticsplus China, yang merupakan afiliasi dari LOPI.
“Sejauh ini, kami banyak menangani distribusi lokal daripada internasional. Selain itu, LOPI juga telah banyak melakukan kerja sama dengan perusahaan China melalu afiliasi kita yaitu Logisticsplus China,” katanya.
Langkah ini, disebut Wahyu, agar kinerja Perseroan tak tergerus kondisi tersebut. Sehingga, dia berharap, target pendapatan sebesar Rp154,76 miliar di tahun 2025 bisa tercapai. Tanda-tanda positif itu, kata dia, perseroan sudah mengantongi order dari sub kontraktor Pertamina Hulu senilai Rp140 miliar.
“Kami telah mengantongi order Rp140 miliar dari Sub Kontraktor Pertamina Hulu. Dan kami harapkan tahun ini juga kami selesaikan, sehingga dapat dibukukan pendapatan tahun ini,” ujar dia. Wahyu sendiri mengatakan, beberapa target perseroan akan dibahas detail dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Mei nanti.
Sementara untuk kinerja tahun 2024 lalu, Dwi memastikan, kendati ada penurunan pendapatan tetapi meningkat dari sisi laba bersih. “Pendapatan tidak sesuai target tapi net profit melampaui target,” ujarnya.
Untuk diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenakan tarif impor kepada sejumlah negara termasuk Indonesia. Barang impor dari Indonesia ke AS dikenakan tarif 32%.
Sementara disebut Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan, Djatmiko Bris Witjaksono, ada tiga besaran tarif yang dikeluarkan oleh Trump. Pertama, News Baseline Tarif atau tarif dasar baru yang naik 10% dari tarif dasar lama. Tarif lama sendiri bermacam-macam tergantung produk yang terkena. Sementara tarif 32% itu adalah tarif resiprokal. Namun tarif ini masih ditangguhkan selama 90 hari.
Kemudian tarif sektoral, AS menerapkan tarif tambahan sebesar 25% dari tarif awal yang sudah berlaku untuk baja, aluminium, otomotif dan komponen otomotif.
Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Akbar Djohan menyatakan, kebijakan tersebut berpotensi memengaruhi kinerja ekspor dan impor Indonesia, termasuk sektor logistik yang menjadi tulang punggung perdagangan internasional.
Kata Akbar, kebijakan tarif resiprokal AS dapat meningkatkan biaya logistik bagi produk Indonesia yang masuk ke pasar AS, serta memengaruhi arus barang impor dari AS. “Kenaikan tarif ini berisiko mengurangi daya saing produk Indonesia di pasar global, terutama bagi komoditas yang selama ini mengandalkan pasar AS,” ujar Akbar dalam keterangan tertulisnya, beberapa waktu lalu.
Dengan adanya kebijakan Trump ini, dia memproyeksi, akan ada penurunan volume pengiriman barang melalui jalur laut dan udara sebagai dampak dari kebijakan ini. Sektor logistik, termasuk perusahaan freight forwarder dan penyedia jasa transportasi, harus bersiap menghadapi potensi perlambatan permintaan.
Dalam catatan Badan Pusat Statistik (BPS), AS menempati posisi ketiga sebagai mitra dagang utama Indonesia setelah China dan Jepang. Nilai ekspor Indonesia ke AS mencapai lebih dari USD 21 miliar per tahun.
Sehingga, sektor yang paling terdampak oleh tarif Trump meliputi karet, tekstil, alas kaki, elektronik, dan produk agroindustri. Peningkatan tarif menyebabkan produk Indonesia menjadi kurang kompetitif di pasar AS, yang berpotensi menurunkan volume ekspor serta bisa jadi bakal memicu PHK di sektor-sektor terkait.