Jakarta, BusinessNews Indonesia – Perekonomian dunia kini sedang menghadapi turbulensi global sebagai dampak penguatan mata uang dolar AS. Rupiah menjadi salah satu mata uang dunia yang merasakan tekanan dolar AS. Tidak ayal, pemerintah Indonesia terus menggelar sejumlah jurus mengatasi melemahnya Rupiah.
Sudah tentu, sektor perbankan bisa terkena efek turbulensi tersebut. Ada prediksi bahwa likuiditas perbankan semakin mengetat, dan ekspansi kredit dilakukan lebih hati- hati. Respon terkait hal tersebut disampaikan oleh Presiden Direktur Bank
Index Selindo Gimin Sumalim, bahwa pihaknya sepanjang awal tahun 2018 sampai saat ini masih mencatatkan pertumbuhan.
Transformasi bisnis yang dimulai sejak semester kedua tahun 2017 yang ditopang dukungan penuh dari semua pemangku kepentingan (stakeholders), membuat Bank Index terus tumbuh dengan baik. Dari segi kinerja keuangan, seperti apa pertumbuhan tersebut?
Gimin Sumalim menjelaskan bahwa, per 30 Juni 2018, total aset Bank Index ada di Rp 7,772 triliun. Angka ini secara tahunan (year on year) naik 13,31%. “Kalau years to date, ada kenaikan 7,75%,” kata dia dalam keterangannya yang disampaikan ke redaksi, Senin (17/9/2018).
Adapun nilai DPK (Dana Pihak Ketiga) juga naik. Rinciannya, di Juni 2018, DPK di Bank Index ada di Rp 6,165 triliun atau naik 15,62% secara tahunan. Untuk years to date, nilai DPK tersebut juga naik, yakni sebesar 10,54%.
Gimin Sumalim lantas menjabarkan pandangannya tentang efek kondisi ekonomi global terhadap Indonesia. Begini, beliau
mengatakan bahwa ternyata proses pemulihan perekonomian global tidak secepat dan sesolid yang diperkirakan atau diproyeksikan banyak kalangan. Selain itu, masih sangat banyaknya ancaman yang menyertainya seperti faktor normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS), geopolitik, ancaman krisis ekonomi di beberapa negara emerging, dan perang dagang.
“Walhasil, industri perbankan nasional masih akan dihadapkan kepada tantangan yang cukup besar,” tutur beliau.
Manajemen Bank Index, menghadapi kondisi itu, telah memutuskan menerapkan sejumlah strategi bisnis yang ditujukan untuk memperkuat fundamental keuangan dan memaksimalkan pertumbuhan bisnis. Strategi yang akan diterapkan adalah pengendalian likuiditas dengan cara melakukan monitoring atas jumlah DPK. Itu diselaraskan dengan keseimbangan antara rasio LDR dengan target total aset. “Bank Index akan mencoba menjaga rasio LDR berada pada kisaran 90% sampai 95%,” tutur Gimin Sumalim.
Bank Index juga akan menggelar tranformasi bisnis dengan fokus kepada segmen Small and Medium Enterprise (SME) yang didukung oleh digitalisasi. Untuk meningkatkan pelayanan kepada para nasabah dan memperluas customer based, sampai dengan bulan Juli 2018, bank itu telah membuka dua kantor cabang di Medan dan Manado. Dalam waktu dekat, kantor cabang di Makassar akan hadir, begitu pula di kota lain seperti Semarang dan Pontianak.
Bank Index akan memperkuat kapabilitas di bidang teknologi pendukung digitalisasi dan otomasi layanan perbankan. “Kami pun akan menjaga kualitas aktiva produktif dan mendorong akselerasi penyelesaian aktiva nonproduktif. Kami akan terus berupaya mendorong dan meningkatkan fee based income dengan cara pengembangan produk dan layanan,” kata Gimin Sumalim.