Jakarta, Topbusiness – Kinerja PT BNI Syariah sepanjang tahun 2018 lalu cukup positif. Tercatat, perseroan berhasil mengantongi laba mencapai Rp416,08 miliar atau terkerek 36,67 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2017 lalu di angka Rp307 miliar (year on year/yoy).
Menurut Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo terkereknya laba perseroan itu tak lepas dari penyaluran pembiayaan BNI Syarian yang cukup masih sepanjang tahun lalu. Terbukti pihaknya bisa mengucuri para debiturnya hingga Rp28,30 triliun atau naik signifikan sebesar 19,93 persen.
“Komposisi pembiayaan tahun lalu itu yang tertinggi disumbang oleh segmen konsumer sebesar Rp13,92 triliun atau setara 49,17 persen,” ucap dia saat paparan kinerja 2018 di kantornya, Jakarta, Kamis (14/2/2019).
Selanjutnya, kata Firman, pembiayaan perseroan disokong oleh segmen komersial sebesar Rp 7 triliun, segmen kecil dan menengah sebesar Rp 5,97 triliun, segmen mikro Rp 1,08 triliun, dan Hasanah Card sekitar Rp 332,69 miliar.
“Namun begitu, walaupun kami banyak menyalurkan pembiayaan, rasio Non Performing Finance (NPF) di 2018 masih terjaga di bawah 3 persen, tepatnya 2,93 persen,” tegas dia.
Gencarnya penyaluran pembiayaan, imbuhnya, masih didukung oleh penghimpunan dana dalam Dana Pihak Ketiga (DPK) yang optimal. Terbukti sepanjang tahun lalu, anak usaha dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk itu menghasil mengantongi dana mencapai Rp 35,50 triliun.
“Atau bisa bertumbuh sebanyak 20,82 persen dengan jumlah nasabah mencapai lebih dari 3 juta,” ujar dia.
Komposisi DPK tersebut, lanjut Firman, didominasi oleh dana murah (Giro dan Tabungan) yang mencapai 55,82 persen. Komposisi dana murah ini juga kembali meningkat jika dibanding tahun sebelumnya di posisi 51.60 persen. Dengan posisi asset perseroan per Desember 2018 mencapai Rp41,05 triliun atau tumbuh 17,88 persen secara yoy.
Untuk strategi tahun ini, BNI Syariah akan meningkatkan ekspansi pembiayaan kepada sektor komersial secara selektif kepada nasabah yang memiliki tingkat risiko rendah seperti perusahaan BUMN.
“Tapi secara luas, kami juga akan menggenjot porsi pembiayaan pada segmen ritel (small and medium) dan sedikit menurunkan porsi segmen komersial. Targetnya komersial bisa tumbuh di kisaran 20 persen,” tutup dia.
Penulis: Tomy