Jakarta, TopBusiness – Laju nilai tukar rupiah terhadap dollar AS (USD) pada perdagangan hari ini diperkirakan masih berada di teritori positif, meski sentiment Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur AS bisa menggangu rupiah.
Mengutip Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka di level Rp14.220 atau menguat tipis sebesar 9 poin dari penutupan kemarin di tangga Rp14.229. Namun setelah itu, rupiah terlihat mulai memerah dengan turun ke posisi Rp14.237 dalam satu jam pertama.
Menurut analis pasar uang dari Monex Investindo Futures, Faisyal, masih adanya sentiment baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang bisa menopang pergerakan rupiah ke jalur penguatan. Meski tetap mewaspadai sentiment yang menghalangi laju rupiah.
Seperti rilis data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur China yang menunjukan perbaikan, sehingga rupiah ikut diuntungkan. PMI China yang dirilis oleh Caixin/Markit menunjukkan pertumbuhan pertama sejak empat bulan terakhir, tercatat berada di level 50,5.
Sementara dari dalam negeri, data inflasi Maret 2019 yang diumumkan Badan Pusat Statistik (BPS) kemarin berada di posisi 0,11%, dianggap masih positif. “Sehingga tingkat inflasi sepanjang 2019 sebesar 0,35% sedangkan inflasi tahunan masih di bawah 3% atau sebesar 2,48%,” ujar dia di Jakarta, Selasa (2/4/2019).
Namun begitu, kata dia, rupiah juga masih akan berpotensi melemah terkait adanya sentiment dari AS, sehingga permintaan akan USD bisa menguat.
Dengan kondisi tersebut, dia sendiri lebih condong rupiah bisa terrdepresiasi sedikit. Dia memprediksi, laju rupiah cenderung akan terkoreksi dengan rentang pergerakan di kisaran Rp 14.200-Rp 14.300 per USD.
Penulis: Tomy