Jakarta, TopBusiness – Analis pasar modal Hans Kwee memperkirakan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan ini akan sangat dipengaruhi oleh sentiment dari Amerika Serikat, yakni terkait hasil pemilihan presiden yang digelar pada 3 November 2020 lalu. Hasil sementara Joe Biden dinilai telah menjadi pemenangnya.
“Dari hasil prediksi perhitungan tidak resmi menunjukan Biden berhasil memenangkan pemilu dengan 290 elektoral. Tentu saja pelaku pasar sangat memperhatikan pemilihan presiden karena mempengaruhi kebijakan AS ke depannya,” tutur dia di Jakarta, Senin (9/11/2020).
Selanjutnya, Potensi sengketa pemilu sangat mungkin terjadi. Hal ini tidak lepas dari metode pemilihan umum yang dilakukan, dimana diijinkannya penggunaan pos untuk mengirim surat suara. Ini yang akan memicu perdebatan panjang. Pasalnya pendukung Donald Trump banyak yang datang langsung ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan mengaku menang di sana.
Menurut dia, kemenangan Biden juga bakal membawa potensi perang dagang antara China dan AS tidak menjadi lebih buruk. Ada harapan perang dagang AS dengan China, Eropa dan Meksiko akan berhenti. Ini cenderung membuat risiko pasar turun dan menurunkan votalitas pasar.
“Kecenderungan ini membuat mata uang dunia menguat terhadap USD termasuk Yuan, Euro, dll. Rupiah tidak tertinggal dan dalam beberapa hari mengalami penguatan signifikan. Ini juga mendorong dana masuk ke aset berisiko di emerging market,” katanya.
Sentimen dari dalam negeri, tegas Hans, ekonomi Indonesia pada kuartal III-2020 resmi mengalami resesi dengan tumbuh -3.49 %. Akan tetapi pertumbuhan ini lebih baik dari kuartal II-2020 yang di angka -5,32 %. Angka itu juga lebih baik dari banyak Negara lain di dunia.
“Dengan sentiment tersebut yang dinilai lebih baik dan hasil pemilu AS membuat mata uang yang paling volatail terhadap Dollar seperti Yen Jepang, Rupiah dan Won Korea bisa menguat. Potensi dana asing pun akan kembali masuk ke emerging market. Obligasi Pemerintah Indonesia juga berpotensi mendapatkan sentiment positif karena nilai tukar rupiah dianggap undervalued, biaya lindung nilai yang relatif rendah dan Yield US Treasury masih akan tetap rendah,” papar dia.
Untuk itu, menurut dia, kendati pasar saham dunia termasuk Indonesia sejauh ini mungkin menguat menyambut kemenangan Biden, namun tetap harus wasapda. Pasalnya, sesudah itu sangat rawan mengalami aksi profit taking akibat kenaikan yang banyak pada minggu lalu.
“Juga waspadai potensi sengekta politik di AS yang membawa peluang pelaku pasar melakukan aksi ambil untung. Dengan kondisi tersebut saya memproyeksi level resistance IHSG akan berada di kisaran 5,381 sampai 5,500 dan level support di rentang 5,246 sampai 5,161,” pungkas Hans.
Selama sepekan lalu, pasar modal Indonesia mencatatkan pergerakan data perdagangan yang didominasi pada zona positif. Peningkatan tertinggi selama sepekan ini terjadi pada rata-rata nilai transaksi harian bursa sebesar 16,16% menjadi Rp9,105 triliun dari Rp7,838 triliun pada penutupan pekan yang lalu.
Kemudian, peningkatan juga terjadi pada rata-rata frekuensi harian selama sepekan sebesar 9,33% menjadi 768,340 ribu kali transaksi dibandingkan 702,764 ribu kali transaksi pada pekan sebelumnya. Sedangkan rata-rata volume transaksi meningkat tipis 0,39% menjadi 12,455 miliar saham dari 12,406 miliar saham pada minggu lalu.
Dengan kapitalisasi pasar bursa turut menunjukkan kenaikan sebesar 4,05% menjadi Rp6.199,566 triliun dari Rp5.958,186 triliun seminggu sebelumnya. Dengan begitu, IHSG pun mengalami peningkatan 4,04% mencapai level 5.335,529 dari posisi 5.128,225 pada penutupan pekan yang lalu.
Foto: Rendy MR (TopBusiness)