Jakarta, TopBusiness – Tanggal 22 April diperingati sebagai World Earth Day. Untuk itu, diingatkan tentang pentingnya menyelamatkan bumi dari ancaman dan risiko yang ada melalui cara-cara yang menjunjung tinggi nilai lingkungan dan kemanusiaan untuk generasi saat ini dan yang akan datang. Salah satu yang mengakibatkan munculnya ancaman atau risiko adalah bertambahnya populasi penduduk.
Dampak secara langsung dari pertumbuhan penduduk antara lain adalah meningkatnya jumlah sampah termasuk sampah plastik dan keterbatasan lahan untuk pengelolaan sampah. Hal tersebut banyak ditemui di kota-kota besar di dunia.
“Oleh sebab itu, upaya untuk mengurangi sampah diperlukan agar kedua masalah tadi dapat dimitigasi dengan baik. Salah satunya adalah pengelolaan sampah berbasis kolaborasi yang berpotensi meningkatkan sirkular ekonomi,” ujar Yuki M.A Wardhana, Ketua Umum Indonesian Environmental Scientist Association (IESA), di acara Webinar “Limbah Plastik Pendukung Sumberdaya Ekonomi Sirkular Menuju Indonesia Hijau”, dikutip Senin (26/4/2021).
Guru besar Universitas Udayana, Made Sudiana Mahendra menambahkan, terdapat tantangan dalam penerapan pengelolaan sampah berbasis kolaborasi. Tantangan tersebut terutama kesiapan rantai pasok sampah untuk menjadikan sampah sebagai komoditi untuk membangkitkan sirkular ekonomi.
Faktor budaya mengelola sampah plastik oleh masyarakat dan memasukkan pengelolaan sampah dalam rantai pasok produsen, disebut Sudiana, dapat menjadi salah satu faktor utama dalam membangkitkan sirkular ekonomi dari sampah.
Sementara itu, selaku pelaku usaha yang menggunakan plastic dalam setiap produksinya, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) tetap menjaganya agar tidak mencemari lingkungan. “Di Unilever, kami percaya bahwa plastik memiliki tempatnya sendiri dalam ekonomi, tetapi tidak di lingkungan,” tandas Nurdiana Darus, Head of Corporate Affairs and Sustainability PT Unilever Indonesia Tbk.
“Untuk itu, kami menerapkan komitmen jangka panjang dalam rangka turut berkontribusi mengatasi permasalahan sampah plastik mulai dari hulu hingga hilir rantai bisnis kami, termasuk dalam mendorong penerapan ekonomi sirkular, sehingga plastik bisa memiliki manfaat ekonomi dan tidak berakhir mencemari lingkungan,” terangnya.
Nurdiana juga menyampaikan, kolaborasi adalah kunci penting dalam kesuksesan penerapan ekonomi sirkular. Dengan semangat #MariBerbagiPeran, pihanknya sangat antusias untuk bisa berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan di bidang permasalahan sampah plastik, dari mulai Pemerintah, akademisi, hingga masyarakat luas. Hal tersebut sejalan dengan strategi Unilever secara global yang bertajuk “The Unilever Compass.”
Ari Sugasri, Kasubdit Sampah Spesifik dan Daur Ulang KLHK RI menambahkan, pendekatan pengelolaan sampah yang ada saat ini cukup mendukung. Ada tiga pendekatan, yaitu minim sampah (less waste), pelayanan dan teknologi dan sirkular ekonomi.
Khusus sirkular ekonomi, konsep dasarnya adalah persoalan sampah dapat diselesaikan dengan menjadikan sampah sebagai sumber daya serta pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh dengan baik. Konsep sirkular ekonomi adalah pemikiran paling ideal karena Indonesia membutuhkan pertumbuhan ekonomi sebagai negara yang sedang menuju negara maju.
FOTO: Istimewa