Jakarta, TopBusiness – Pertamina bersama dengan PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI) menyatakan terus mengawal pengelolaan proyek kilang aromatik di Indonesia guna menurunkan impor produk turunan petrokimia.
Produk-produk aromatik utama yang dihasilkan TPPI adalah Paraxylene, Benzene, Orthoxylene dan Toluene. Salah satu tahapan proyek yang sedang dijalankan yaitu Outside Battery Limit (OSBL) menunjukkan progress yang on track di angka 98 persen hingga November 2021. Tahapan proyek yang termasuk dalam kegiatan revamping aromatic tersebut memiliki nilai proyek sebesar Rp379,75 miliar.
Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (PT KPI) Ifki Sukarya menjelaskan, tahapan OSBL mencakup pembangunan lima unit tangki.
“Lima tangki ini berfungsi untuk mendukung fasilitas Inside Battery Limit (ISBL) dalam memaksimalkan produksi Paraxylene dari 600 ribu menjadi 780 ribu ton,” jelas Ifki dalam keterangan tertulis seperti dikutip Rabu (1/12/2021).
Ifki melanjutkan, dengan progres OSBL yang positif di angka 98 persen, PT TPPI akan melakukan proses peresmian seremonial pada Desember 2021 untuk menandai momentum selesainya tahapan tersebut. Ifki menekankan finalisasi tahapan OSBL merupakan tahapan yang penting dari keseluruhan proses revamping aromatic.
“Dengan finalisasi tahapan OSBL, kami akan melanjutkan proyek ini dengan meningkatkan kapasitas platforming dari 50 ribu barel per hari menjadi 55 ribu barel per hari. Untuk mencapai tujuan tersebut, kami melakukan modifikasi heater, unit CCR dan tray kolom distilasi,” ungkap Ifki.
Menjawab arahan Presiden RI terkait percepatan proyek kilang TPPI, Ifki menyatakan pihak Pertamina bersama TPPI telah melakukan upaya-upaya strategis. Menurutnya, kesuksesan Pertamina dan TPPI dalam mengawal proyek OSBL dipicu oleh beberapa faktor.
“Progress proyek OSBL ini baik sekali karena adanya sistem kontrak Engineering, Procurement and Construction (EPC) yang kuat. Selain itu, kami memastikan adanya pendefinisian Scope of Work (SOW) proyek secara jelas sehingga tidak ada peluang terjadinya Change Order selama berjalannya proyek,” paparnya.
Pengelolaan hubungan dengan kontraktor juga menjadi faktor utama pengerjaan OSBL yang tepat waktu. “Pihak TPPI terus memastikan kondusivitas pengerjaan proyek dengan memberikan bantuan yang dibutuhkan kontraktor dalam tahap EPC,” jelasnya.
Lebih lanjut Ifki memaparkan bahwa penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dilakukan secara konsisten selama berjalannya tahapan OSBL.
“Proses penyaringan kontraktor pertamina dilakukan secara kontinyu dengan tetap memperhatikan tata kelola dan GCG perusahaan. Sumber atau database calon partner dan mitra didapatkan baik yang berasal dari database internal Pertamina maupun calon partner yang menyampaikan surat ketertarikan kepada kami,” lanjut dia.
Sebagai upaya untuk meningkatkan probabilitas dalam mendapatkan mitra strategis, kata Ifki, secara paralel Pertamina meng-explore beberapa skema bisnis yang diharapkan dapat memberikan benefit yang setara dan alokasi risiko yang fair antara Pertamina dan calon partner, terutama untuk keberlangsungan bisnis jangka panjang.