Jakarta, TopBusiness – Indonesia sangat bertanggung jawab akan penurunan gas rumah kaca.
Pada tahun 2050 indonesia telah memberlakukan Net Zero Emission (NZE) , berdasarkan Paris Agreatment yang telah ditandatanda tangani Indonesia. Tentunya untuk mendukung NZE ini, kebijakan serta pengunaan bahan bakar fosil sudah harus dikuranggi dan digantikan oleh bahan bakar non fosil atau Energi Baru Terbarukan(EBTE).
Oleh sebab itu para pelaku energi yang tergabung dalam Bimasena Club, baru-baru ini telah melakukan dialog agar Indonesia segera merealisasikan dan membangun berbagai Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP), dimana potensi PLTP Indonesia sebasar 23,76 gigawatt (GW) dan potensi Indonesia termasuk nomor dua di dunia.
Tentunya dalam dialog tersebut dihadiri Menteri Pertambangan dan Energi Indonesia yang ke 7 ini, Prof. Soebroto di Bimasena Club, serta pula diikuti oleh para pelaku energi lainnya, Sujitno (mantan Dirjen Migas), Ari Soemarno (mantan Dirut Pertamina) dan banyak senior mantan dari Production Sharing Contrack( PSC) seperti Unocal, Total Indonesia bersama Ketua Umum Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI), Suryadarma dan Dirut PT Geo Dipa Energi (Persero) (“GeoDipa”) bersama GM Eksplorasi dan BussDev.
Dalam diskusi para pelaku energi ini sangatlah mendapatkan masukan sangat berharga dari Mentamben yang ke 7 ini dan juga pemikiran dan sumbangsih Soebroto di usia senjanya masih sangatlah tajam dalam memberikan pembangunan energi bagi negeri ini.
Indonesia dengan Visi 2045, 100 Tahun Hari Kemerdekaan menjadi judul topik dengan uraian Visi, Misi serta Strategy Intent dan Value (Tata Nilai) yang di siapkan/bangun oleh BAPPENAS.
Kehadiran Pemerintah dalam membangun Visi 2045, 100 Tahun Hari Kemerdekaan sejalan dengan upaya GeoDipa untuk mengajak semua pihak untuk menjadikan Indonesia Geothermal Center of Excellence, dimana masyarakat dunia menuntut Net Zero Emission di tahun 2050-2060 dan seterusnya. Semakin tinggi menetapkan kriteria perdagangan dan pendanaan untuk proyek infrastrukur karena persyaratan ESG (Environment, Social dan Governance).
Ditegaskan Dirut PT GDE, Riki Firmanda Ibrahim, Sumber Energi Geothermal tidak dapat di expor tidak seperti energi lainnya yang dapat secara langsung diperdagangan di dunia.
Energi Geothermal dapat di expor “setelah dijadikan/konversi ke energi listrik”. Tujuan dari pembangunan Energi Geothermal Indonesia harus sejalan dengan Visi Indonesia di tahun 2045 (100 Tahun merdeka). Konsep, Kompetensi, dan Connectivity ke Masyarakat harus menjadi Strategi sektor energi kedepan.
Namun tantangan terbesar adalah hal ini tidak mudah dilakukan oleh hanya segelintir kelompok karena merangkum menjadikan End-to-End itu cukup daya/tenaga yang besar.
Melalui niat dan tekad yang suci, kebenaran itu harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh dan didukung oleh National Consensus (untuk menghasilkan atau menjadikan sebuah kesepakatan yang disetujui secara bersama-sama antarkelompok usaha setelah adanya perdebatan dan penelitian yang dilakukan dalam kolektif intelijen untuk mendapatkan konsensus pengambilan keputusan). “Mufakat, Open Midended akan membangun Trust kepada seluruh masyarakat,” tegas Riki kepada Top Business.
Transisi Energi adalah dorongan atau kesiapan dari negara-negara di dunia dalam menggalang pendanaan untuk mengontrol penguasaan perdagangan sektor energi dan pertambangan. Oleh karena itu memperjuangkan sektor energi yang mandiri harus terus-menerus dilakukan baik dari regulasinya, kesiapan penguasaan Teknologinya maupun Pendanaannya.
Ketiga bulatan besar ini harus memberikan irisan yang optimal agar infrastruktur energi ini dapat dikerjakan dengan baik/selesaikan. Visi 100 Tahun Indonesia harus terus diperjuangkan dan dengan ditarik kebelakangan lebih detil ke tahun per tahun langkah-langkah yang harus dikerjakan saat ini, tentu menjadikan perjuangan sektor energi dapat selesai dikerjakani.
“Dengan memastikan selalu kehadiran Pemerintah melalui BUMN Special Mission Vehichle di sektor Energi Geothermal untuk (manfaat) Listrik yang harga listriknya masih di subsidi Pemerintah; maka Parameter Usaha (bisnis Geothermal) yang menjadikan harga Listrik Geothermal belum dapat bersaing dengan Fosil, faktor risiko seperti di Hulu dan Hilir, dipastikan segera turun/termitigasi. Mari teruskan berpikir positip, dan jangan lelah mencari terobosan untuk terus ber innovasi; bangsa ini akan tetap semangat,” ujar Riki.