Jakarta, TopBusiness – PT Bank Mandiri (Persero) Tbk telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan sebanyak Rp 221 triliun hingga kuartal III 2022 atau hampir seperempat dari portofolio kredit perseroan.
Dari nilai tersebut pembiayaan ke sektor hijau Bank Mandiri telah mencapai Rp 101 triliun atau setara dengan 11,1 persen dari total penyaluran kredit di Kuartal III 2022.
“Pembiayaan ini kami salurkan ke sektor-sektor berkelanjutan, mulai dari segmen korporasi hingga mikro,” kata Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi saat membuka acara Mandiri Sustainability Forum 2022, Rabu (2/11/2022).
Menurut Darmawan, Bank Mandiri berada pada jalur yang tepat dan selaras dengan peraturan perbankan tentang praktik berkelanjutan berdasarkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) Nomor 51 tahun 2017 yang mencakup produk dan layanan keuangan berkelanjutan, sumber daya manusia, dan tata kelola perusahaan.
Tidak hanya dari sisi pembiayaan, dia menambahkan, pihaknya juga secara konsisten telah mengadopsi praktik-praktik energy, social, and governance (ESG) secara lebih luas, termasuk di dalam operasional perusahaan. Selain itu, beberapa produk dan layanan keuangan berkelanjutan Bank Mandiri seperti obligasi berkelanjutan yang diterbitkan tahun lalu dengan 54 persen di antaranya dialokasikan untuk pembiayaan proyek sosial, pembiayaan kendaraan listrik untuk pelanggan ritel, dan pinjaman berkelanjutan.
“Kami juga terus mendidik klien kami melalui lokakarya dan forum diskusi kelompok,” kata dia.
Dari sisi digital, perusahaan dengan kode saham BMRI ini juga berupaya mengurangi emisi karbon yang berasal dari kendaraan melalui 241 smart branch yang diluncurkan pada Juli 2022.
Smart Branch ini telah terintegrasi dengan aplikasi Livin’ by Mandiri dan Kopra sehingga akan mengurangi jumlah nasabah yang datang ke kantor cabang.
“Selain itu, kami memperkuat privasi data dan kerangka keamanan kami untuk memberikan pengalaman perbankan digital yang aman dan lancar kepada masyarakat,” ucapnya.
Sebagai salah satu upaya nyata untuk mendukung bisnis yang berkelanjutan, khususnya di Indonesia, Bank Mandiri juga menggelar Mandiri Sustainability Forum (MSF) 2022 pada Rabu (2/11/2022) secara hybrid.
Terbitkan Green Bond
Seusai acara Mandiri Sustainability Forum 2022, Direktur Treasury dan International Banking Bank Mandiri Panji Irawan mengatakan bahwa perseroan berencana kembali menerbitkan utang untuk mendukung pendanaan pada proyek-proyek berkelanjutan atau berwawasan lingukungan. Pendanaan ini akan dikejar pada 2023.
Penerbitan surat utang ini akan seperti penerbitan pada 2021 yang menggunakan konsep produk-produk ramah lingungkan seperti green bond atau obligasi hijau. “Tentu saja penerbitan green bond, salah satu yang berpotensi untuk kami terbitkan pada 2023, subject to persetujuan dari otoritas,” kata Panji.
Bank Mandiri, kata dia, juga mencari pendanaan tahun depan menggunakan skema ESG Repo. ESG itu berangkan dari prinsip berkelanjutan seperti Environmental, Social, and Governance.
“Ini salah satu instrumen yang kemungkinan besar akan kami manfaatkan. Tentu saja dengan melihat demand dari pasar untuk menyerap produk-produk ini,” ujar Panji.
Panji menekankan, penerbitan utang untuk pendanaan Bank Mandiri pada 2023 itu akan melebihi dari total yang telah diterbitkan pada 2021 dan 2022 melalui sustainability bond maupun ESG Repo yang secara total telah mencapai US$ 800 juta.
“Green bond US$ 300 juta dan ESG repo US$ 500 juta. Berarti tahun depan kemungkinan akan bertambah dengan sesuai rencana kami di rencana bisnis bank tahun depan. Sangat potensi sekali kami menerbitkan baik itu bond maupun ESG repo, dan kombinasi-kombinasi lainnya,” ujar Panji.
Penerbitan perdana sustainability bond pada 2021 yang sebesar US$ 300 juta digunakan untuk membiayai atau membiayai kembali proyek-proyek berwawasan lingkungan (green) dan sosial.
Sustainability bond tersebut memiliki tenor 5 tahun dengan kupon sebesar 2 persen. Dalam penerbitan sustainability bond ini, Bank Mandiri menunjuk Deutsche Bank, HSBC, dan Mandiri Securities sebagai joint lead managers.
Penerbitan sustainability bond ini mendapatkan pesanan permintaan lebih dari US$2,5 miliar pada saat proses book building sehingga terdapat kelebihan permintaan atau oversubscription lebih dari 8,3 kali dari rencana jumlah bond yang diterbitkan.