Jakarta, TopBusiness – Institut Sains dan Teknologi Al-Kamal (ISTA) kini sudah resmi memiliki rektor dan wakil rektor yang baru. Mereka berdua bertugas untuk masa bakti 2026 nanti. ISTA sendiri berada di bawah Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal Jakarta yang merupakan salah satu pendidikan modern dan dirikan sejak 1987 lalu.
Dan setelah lowong beberapa saat, akhirnya pada Kamis (29/12/2022), ISTA resmi mengangkat dan melantik rektor baru atas nama Dr. Ngasiman Djoyonegoro, MM selaku Rektor ISTA berdasarkan Keputusan Pengurus No. 057/SK/AKI/XII/2022 dan juga wakil rektor baru yakni Totok Sedyantoro, MM., MBA sebagai Wakil Rektor ISTA berdasarkan Keputusan Pengurus No. 055/SK/AKI/XII/2022. Kedua tokoh tersebut, selama ini aktif di Lembaga Kajian Nawacita (LKN).

Di saat bersamaan, Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal juga mengangkat dan melantik Sriyani S. Pd dan M. Shodiq Haromain, S. Pd selaku Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah SMP Pondok Pesantren Al-Kamal.
Penetapan Rektor dan Wakil Rektor ISTA tesebut juga dihadiri oleh Dewan Pembina, Dewan Pengawas, dan Ketua Yayasan Pondok Pesantren Al-Kamal Jakarta (YPPAJ) yakni KGPH. Soeryo Soedibyo Mangkoehadininggrat yang merupakan salah satu pendiri dari Yayasan ini, lalu Ir. Samsul Hadi yang menjabat Dewan Pengawas YPPAJ sekaligus juga sebagai Ketua Umum LKN, dan Dr. Sugeng Riyono selaku ketua Yayasan, segenap civitas akademi ISTA beserta para tamu undangan.
Dalam pidato perdana selaku Rektor Dr. Ngasiman Djoyonegoro menyampaikan bahwa ISTA akan ikut mengambil peranan di dalam pembangunan bangsa dan transformasi menuju Indonesia Emas melalui visi dan misi ISTA.

Menurutnya, Indonesia Emas ini akan tercapai jika semua sektor juga akan maju, tentu saja sektor Iptek memegang peran penting dan tentu saja harus bisa lebih maju. Serta sektor ekonomi dan sektor-sektor lainnya juga demikian. Apalagi, kata dia, di era keterbukaan sepeti saat ini, semau infromasi akan didapat dengan cepat. Hari ini, bukan negara besar yang bisa menguasai negara kecil, tapi negara cepat yang bisa menguasai ngara lambat.
“Sehingga untuk mencapai Indonesia Emas di tahun 2045 nanti yang akan kita wujudkan itu, peran iptek akan menjadi dasar dan transformas digital menjadi langkah yang sangat penting,” tuturnya.
Dia juga bercerita perjumpaannya dengan Pembina YPPAJ sekaligus pendiri yayasan yakni KGPH Soeryo Soedibyo yang sudah berjalan empat tahun ini. Meski singkat dirinya sudah banyak berdiskusi hingga akhirnya dipercaya untuk mengemban amanah menjadi nahkoda di ISTA ini. Dirinya yang merupakan pencetus dari Gerakan Indonesia Optimis merasa yakin akan mampu memangku jabatan ini.

Soeryo pun berharap dibawah tangan-tangan ahli dari generasi muda ini, ISTA akan berkembang lebih maju lagi seperti perguruan tinggi lainnya yang sudah dikenal publik, padahal usianya lebih muda dari ISTA.
“Semoga apa yang sudah diwariskan oleh para pendiri ini akan tetap dilanjutkan untuk mendidik anak bangsa dengan sesuai falsafah dari ISTA yaitu Iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan Imtak (iman dan takwa),” ujar Soeryo.
“Karena orang yang hanya memiliki iptek memang pinter, tapi tanpa didasari imtak akan keblibger, akan merasa benar sendiri. Makanya saya pesan, saya titip benar-benar amanah dari para pendiri yang sudah lebih dari 36 tahun (berdiri), sehingga bisa lebih maju lagi untuk mengungguli universitas lainnya yang lebih baru,” pesan dia.