Jakarta, TopBusiness – Syngenta Indonesia memiliki komitmen yang tinggi terhadap keberlangsungan pangan secara global melalui edukasi perlindungan tanaman dan juga benih bagi dunia pertanian. Komitmen tersebut terlihat dari motonya Good Growth Plan.
“Kami memiliki komitmen dengan tajuk Good Growth Plan untuk mendukung visi dan misi kami yang tujuannya adalah memberikan inovasi yang mendukung transformasi kegiatan produksi dan perlindungan tanaman guna memberikan perubahan positif bagi dunia pertanian,” ungkap Herlino Prayudha selaku Sustainability Project Lead Syngenta Indonesia saat mengikuti wawancara penjurian TOP CSR Awards 2024 secara daring, Rabu (27/3/2024).
“Syngenta Indonesia telah melayani petani melalui program edukasi lapangan, penelitian, produksi dan kegiatan penatagunaan. Petani adalah pusat dari apa yang kami lakukan dan ini tercermin melalui kepercayaan mereka pada sumber daya manusia dan produk kami,” lanjut Erlino dalam presentasi
“Komitmen Syngenta untuk Indonesia adalah menyediakan pangan bagi masyarakat yang jumlahnya terus bertambah dengan cara yang aman dan berkelanjutan,” imbuhnya
Program CSR Unggulan
Tak hanya itu, komitmen Syngenta Indonesia nampak terlihat dari ragam inovasi unggulan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) yang telah dilakukan, seperti Petani Perempuan, Perlindungan Petani dan Hati Campaign.
Program Petani Perempuan Memimpin Aksi Perubahan Iklim merupakan program pemberdayaan petani perempuan untuk memperkuat perannya pada sektor pertanian dan di masyarakat. Petani perempuan diberikan pelatihan dan pengetahuan terkait praktik pertanian regeneratif dan literasi terkait pengelolaan usaha tani yang mendorong ekonomi sirkuler.
“Salah satu program yang menjadi fokus kami untuk program CSR unggulannya adalah bagaimana kami memberdayakan petani perempuan di wilayah Deli Serdang Sumatera utara. Jadi program ini merupakan inisiatif kami, Syngenta Indonesia untuk memperkuat peran petani perempuan baik di sektor pertanian maupun di Masyarakat,” bebernya.
“Jadi kami ingin memberdayakan petani perempuan supaya dapat menjadi pionir dalam pertanian yang regeneratif, yang ramah iklim dan tentunaya dari situ menghadirkan ekonomi sirkuler,” lanjutnya.
“Semua petani perempuan disini itu awalnya membakar jerami, dimana hal tersebut tidak baik baik lingkungannya sendiri, tidak baik bagi kesuburan tanah dan juga polusinya dapat menyebabkan isu kesehatan di masyarakat sekitar,” imbuh Erlino.
Oleh sebab itu, masih menurut Erlino, Syngenta Indonesia menginisiasi program Petani Perempuan agar menjadi pionir terhadap kelestarian lingkungan dan keberlanjutan bisnis (pertanian). “Kami melihat ada fenomena itu dan kami menghadirkan program dimana petani diajak untuk mengadopsi pertanian regenerative, tidak lagi membakar dan dari situ dia (petani) bisa mengelola lahannya secara berkelanjutan,” tegasnya.
“Meliputi bagaimana mengembalikan jerami ke dalam tanah secara sederhana dan mudah. Kami terus melakukan inovasi bagaimana kesehatan tanah di wilayah sekitar dapat lebih baik lagi kedepannya agar pertaniannya semakin produktif dari segi manfaat ekonominya lebih dirasakan lagi oleh petani dan manfaat lingkungan juga lebih sehat dari musim ke musim,” lanjutnya.
Program inisiatif CSR berikutnya yakni Program Perlindungan Petani hasil kerjasama Syngenta Indonesia dan BPJS Ketenagakerjaan. Perlindungan yang diberikan kepada petani adalah jaminan sosial berupa Jaminan Kecelakaan Kerja dan Jaminan Kematian. Bentuk perlindungan tersebut diharapkan mampu membuat produktivitas petani meningkat dengan rasa nyaman dan aman saat bekerja.
“Kemudian untuk berikutnya ada program Perlindungan Petani. Dimana Syngenta Indonesia bekerjasama dengan BPJS Ketenagakerjaan untuk memberikan jaminan sosial bagi petani karena kami sadri bahwa petani sebagai mitra kunci Syngenta Indonesia menghadapi berbgai risiko dalam pekerjaanya. Jadi dari mulai adanya risiko dari alam sendiri, kemudian ketersediaan bahan baku pertanian dan lain sebagainya dapat memgancam bisnis mereka, kegiatan usaha tani mereka tidak berjalan lagi,” tegasnya.
“Dengan adanya jaminan sosial ini menjd salah satu katalis dalam meningkatkan produktifitas mereka dengan sudah adanya rasa aman dan nyaman karena misalnya terjadi kecelakaan kerja sudah ada yang memberikan jaminan,” lanjutnya.
Program yang tak kalah menarik lainnya adalah HaTi Campaign, kepanjangan dari hasil tinggi. Program HaTi berfokus pada pemberdayaan yang terintegrasi bagi petani jagung. Syngenta memfasilitasi rantai pasok petani jagung secara menyeluruh dari mulai aspek budidaya hingga pasca panen dan pemasaran.
“Untuk program terakhir adalah HaTi Campaign atau singkatan dari hasil tinggi. Jadi program ini melakukan pemberdayan untuk petani jagug, jadi kami memfasilitasi berbagai aspek edukasi dalam usaha tani jagungn secara menyeluruh untuk petani-petani di berbagai kalangan.” Jelas Herlino.
“Ada misalnya petani disabilitas, kemudian petani perempuan, ini juga masuk di program hasil tinggi ini. Dari situlah kami berusaha untuk memberdayakan petani di berbagai kalangan untuk memberikan manfaat seluas-luasnya dari praktik pertanian yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Syngenta adalah salah satu perusahaan pertanian global yang fokus pada inovasi dan teknologi pertanian. Berkantor pusat di Swiss, Syngenta terus berinovasi dengan sains kelas dunia pada bidang perlindungan tanaman dan perbenihan untuk membantu jutaan petani di seluruh dunia dalam produksi pangan dan kegiatan pertanian secara aman, sembari menjaga keseimbangan lingkungan.