Jakarta, TopBusiness—Kehadiran Starlink di Indonesia berpotensi mengintensifkan kompetisi di antara pemain telekomunikasi di Indonesia, dalam jangka menengah dan panjang. Layanan Starlink akan terkonsentrasi di pedesaan dan area remote di Indonesia.
Analis saham telekomunikasi dari Samuel Sekuritas Indonesia, Daniel Aditya Widjaja, dalam analisisnya belum lama ini, mengatakan bahwa dibandingkan perusahaan telekomunikasi lainnya di Indonesia, Starlink punya beberapa kelebihan.
Pertama, tidak memerlukan layanan purna-jual. Kedua, tidak memerlukan biaya teknisi. “Yang ketiga, Starlin tak memerlukan marketing cost. Ini membuat Starlink jauh lebih edisien,” papar Daniel.
Kemudian, Daniel menjelaskan bahwa biasanya operator telekomunikasi punya opex (operational expenditure/belanja operasional) yang besar. Sebagai contoh, Telkom di kuartal pertama 2024 punya opex sebesar 69,7%. Indosat di 79,9%; XL Axiata di 83,5%.
Paket harga Starlink kini dimulai di Rp750.000 per bulan (USD45.7). Jika strategi yang sama diterapkan, paket tersebut akan turun ke Rp300.000 per bulan (USD18,3).
“Angka tersebut,” Daniel mengatakan, “lebih rendah daripada ARPU (averege revenue per user) di Indonesia yang di Rp350.000 per bulan atau USD21,3.”