Jakarta, TopBusiness – Harga Surat Utang Negara (SUN) menguat pada sesi perdagangan kemarin. Berdasarkan data dari PHEI, yield SUN Benchmark 5-tahun (FR0101) turun sebesar 5 basis poin menjadi 6,42%, dan yield SUN Benchmark 10-tahun (FR0100) turun 6 basis poin menjadi 6,66%.
Data Bloomberg menunjukkan yield curve SUN 10-tahun (GIDN10YR) turun sebesar 7 basis poin menjadi 6,68%.
Level yield curve SUN 10-tahun saat ini masih in line dengan estimated range kami minggu ini, yaitu di kisaran 6,51%-6,78%.
Dengan volume transaksi SBN secara outright tercatat sebesar Rp20,1 triliun kemarin, lebih rendah dari volume transaksi di hari sebelumnya yang tercatat sebesar Rp22,6 triliun.
FR0100 dan FR0101 menjadi dua seri teraktif di pasar sekunder, dengan volume transaksi masing – masing sebesar Rp4,5 triliun dan Rp2,3 triliun. Sementara itu, volume transaksi obligasi korporasi secara outright tercatat sebesar Rp1,2 triliun.
Data Bloomberg menunjukkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS menguat 0,16%, bergerak dari level Rp15.655/US$ di hari Selasa menjadi Rp15.630/US$.
Rekomendasi
Indikator global menunjukkan sentimen yang cenderung negatif bagi pasar obligasi, terlihat dari peningkatan yield US Treasury (UST).
Yield curve UST 5-tahun meningkat sebesar 5bp menjadi 3,91%, dan yield curve UST 10-tahun meningkat sebesar 2bp menjadi 4,06%. Sementara itu, Credit Default Swap (CDS) 5-tahun Indonesia masih bertahan di 69bp.
Head of Fixed Income BNI Sekuritas Amir Dalimunthe dalam risetnya, Kamis (10/10/2024) mengatakan, dengan mempertimbangkan kondisi pasar yang didiskusikan di atas, BNI Sekuritas melihat adanya potensi peningkatan volatilitas pada harga dan yield instrumen SBN berdenominasi Rupiah.
“Berdasarkan valuasi yield curve, kami memperkirakan bahwa obligasi berikut akan menarik bagi para investor: FR0040, FR0084, FR0086, FR0100, FR0068, FR0080, FR0072, FR0045, FR0075,” sarannya.