Jakarta, TopBusiness—Rumah123 Flash Report Edisi Oktober 2024 memerlihatkan bahwa tujuh kota mengalami pertumbuhan selisih tertinggi dari segi pergerakan harga rumah seken, dibandingkan laju inflasi tahunan. Sementara berdasarkan laporan September silam, hanya lima kota.
Dalam laporan riset yang diterima hari ini oleh Redaksi Majalah TopBusiness, Kepala Riset Rumah123 Marisa Jaya menjelaskan bahwa tujuh kota dengan pertumbuhan selisih tertinggi adalah Makassar dan Denpasar sebesar 11,6 persen.
Kemudian Bogor (4,5%), Semarang (3,7%), Yogyakarta (2,1%), Depok (2%) dan Tangerang (1%).
Pertumbuhan selisih harga yang positif ini mengindikasikan potensi pasar properti di beberapa kota besar tersebut mengalami pergerakan yang positif dan menjadi salah satu tanda bahwa sektor properti masih menjadi investasi yang menarik dan aman, bahkan di tengah ketidakpastian ekonomi.
“Dengan harga properti yang tumbuh lebih tinggi daripada inflasi, konsumen dan investor dapat terlindungi dari dampak inflasi. Selain itu, pertumbuhan harga ini meningkatkan potensi capital gain jangka panjang, menjadikan properti pilihan aset yang stabil di tengah volatilitas ekonomi,” jelas Marisa.
Bagi pengembang dan pemilik properti, tren ini memerkuat optimisme pada prospek pasar, terutama di kota-kota dengan permintaan yang terus bertumbuh dan nilai aset yang menguat.
Untuk calon konsumen, meskipun harga meningkat, properti tetap menjadi instrumen investasi jangka panjang yang menarik. Hal ini juga didukung oleh upaya Bank Indonesia menahan suku bunga di level 6,00%, insentif PPN-DTP 100% hingga akhir tahun, sampai rencana pembebasan pajak perumahan hingga 16% oleh pemerintahan baru.
Marisa pun menjelaskan bahwa, secara umum, kenaikan harga rumah di 13 kota besar Indonesia sebesar 1,6 persen secara tahunan. Di kawasan Jabodetabek, Bogor memimpin kenaikan harga sebesar (6,8%). Diikuti Depok (3,8%) dan Tangerang (1,6%). Sementara di Pulau Jawa, terdapat Semarang (4,7%), Yogyakarta (4%), dan Surakarta (1,1%).
Di luar Pulau Jawa, kenaikan harga tahunan dialami Denpasar (15,1%) dan Makassar (13,4%).