Jakarta, TopBusiness – Manajemen PT Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Selatan atau Bank Kalsel mengungkapkan rasa syukur dan bangganya karena pada 2024 bisa membuat bank BUMD ini bertahan dengan status sebagai BPD.
Bank Kalsel mampu menaikkan modal inti bank menjadi Rp 3,5 triliun atau di atas batas modal inti minimum yang disyaratkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bagi BPD sebesar Rp 3 triliun. Jika sampai akhir Desember 2024 tidak bisa memenuhi ketentuan tersebut, BPD tersebut harus turun kelas menjadi Bank Perkreditan Rakyat (BPR).
Direktur Utama (Dirut) Bank Kalsel Fachrudin mengungkapkan, saat pihaknya terakhir mengikuti ajang TOP BUMD Awards pada 2021, modal inti Bank Kalsel baru sebesar Rp 1,8 triliun.
“Setelah tiga tahun, di akhir Desember 2024 modal inti kami sudah mencapai Rp 3,5 triliun. Artinya sudah melampaui batasan minimal modal inti yang ditetapkan regulator, sehingga kami terhindar dari turun kelas jadi BPR. Ini yang patut kami syukuri sekali,” kata Fachrudin saat mengawali presentasi penjurian TOP BUMD Awards 2025 yang dilakukan secara daring, Selasa (4/2/2025).
Hadir ikut mendampingi Fachruddin, antara lain Deddy Setiawan (Kepala Divisi Perencanaan & Kinerja), Hambali (Kepala Divisi Jaringan & Pelayanan Cabang), Iwan (Kepala Divisi Dana & Digital Banking), Rudy Fahrurazi (Kepala Divisi TI), dan Nizhar Saftaji (Pgs. Kepala Divisi Human Capital). Tim Bank Kalsel membawakan materi presentasi berjudul Penguatan Tata Kelola dalam Membangun Kinerja Bisnis dan Layanan BUMD.
Artinya, kata Fachrudin, dalam tiga tahun saja, Bank Kalsel bisa menghimpun modal inti dengan jumlah yang sama dengan yang dikumpulkan selama 57 tahun BPD ini berdiri. “Ini satu capaian, komitmen dari pemegang saham yang sangat luar biasa sekali di akhir-akhir, di saat APBD daerah tidak terlalu support, banyak pengeluaran yang besar sekali karena dampak dari covid, tapi Alhamdulillah pemerintah daerah bisa memenuhi komitmennya,” ujar dia.
Menurut Fachrudin, Bank Kalsel sebenarnya bisa memilih opsi Kelompok Usaha Bank (KUB) atau bergabung dengan BPD lain untuk memenuhi modal inti minimum seperti dilakukan beberapa BPD lain di Indonesia. Tapi, pihaknya sejak awal tidak memilih opsi ber-KUB.
Tak hanya mampu memenuhi modal minimum sebagai BPD, Bank Kalsel secara bisnis pada 2024 mencatat kinerja yang cukup baik. Aset meningkat 12 persen dari Rp 23,74 triliun pada 2023 menjadi Rp 26,69 triliun pada akhir 2024. Demikian pula dana pihak ketiga pada 2024 tercatat Rp 19,85 triliun atau naik dibandingkan 2023 sebesar Rp 17,58 triliun.
Namun, kredit dan pembiayaan ada sedikit penurunan dari Rp 14,78 triliun pada 2023 menjadi Rp 14,63 triliun pada 2024. Penurunan ini salah satunya karena ada debitur yang melunasi utang mereka.
Pencapaian lainnya yang cukup membanggakan adalah perolehan laba Bank Kalsel pada 2024 yang meningkat 12 persen dari Rp 339,73 miliar pada 2023 menjadi Rp 381,15 miliar.
Kinerja rasio-rasio Bank Kalsel juga cukup baik dari CAR, ROE, ROA, NIM, BOPO, LDR, FBI dan CASA. Hanya NPL gross yang sedikit meningkat dari 3,24 persen pada 2023 menjadi 4,54 persen. “Ini PR kami, karena setidaknya ada tiga debitor besar yang tidak bisa kami lakukan hapus buku walaupun CKPN sudah 100 persen. Kalau itu bisa dihapus buku, NPL kami bisa di bawah 2 persen,” kata Fachrudin.
Inovasi Bisnis 2025
Dalam presentasinya, Fachrudin juga menyampaikan sejumlah inovasi yang sedang dilakukan manajemen Bank Kalsel untuk meningkatkan kinerja bisnis dan layanan kepada pelanggan.
“Ada keinginan kami tahun 2025 ini menjadi bank devisa. Ini sudah diinisiasi sejak 2024 dan April 2024 diharapkan sudah disubmit perizinan bank devisa ini ke Bank Indonesia dan OJK.
Dengan menjadi bank devisia, Bank Kalsel memperoleh izin untuk melakukan transaksi dalam valuta asing (valas). Artinya, bank ini dapat melayani berbagai transaksi internasional, seperti pembayaran dan penerimaan devisa, transfer valuta asing, kredit dalam mata uang asing, serta perdagangan valas. “Ini untuk menyambut Kalsel sebagai daerah ekspor berbagai komoditas, sayang sekali kalua ktia tidak bisa ikut menikmati kue tersebut,” tutur Fachrudin.
Inovasi lain yang dilakukan manajemen tahun ini adalah pengembangan Online On Boarding. Layanan kepada calon nasabah yang belum memiliki CIF Bank Kalsel untuk melakukan pembukaan rekening Bank Kalsel secara online tanpa harus ke Bank. “Pembukaan rekening hanya dengan menggunakan aplikasi mobile banking Bank, sehingga menjadi lebih mudah, cepat dan efesien,” ujar dia.
Bank Kalsel tahun ini juga mengembangkan SNAP, sebuah program aplikasi yang digunakan untuk mengaplikasikan integrasi system to system atau program dari pihak ketiga yang memungkinkan suatu aplikasi untuk terhubung atau berkomunikasi dengan aplikasi lainnya. Pengembangan aplikasi ini untuk meningkatkan daya saing produk dan meningkatkan fee based income.
Inovasi selanjutnya adalah layanan Kartu Kredit Indonesia (KKI) Bank Indonesia (Kanal Kartu) sebagai Kartu Kredit Pemerintah Daerah untuk uang persediaan pemerintah daerah sesuai Permendagri No. 79 Tahun 2022. Kartu Kredit Pemda ini sudah mendapat izin dari BI, tapi selama ini terbatas untuk penggunaan QRIS.
“Tahjun ini akan kita kembangkan lagi dengan yang berbasis kartu sehingga lebih leluasa. Sebenarnya teknologi yang terdepan adalah menggunakan QRIS, tapi karena orang terbiasa pakai kartu sehingga bendahawaran-bendaharawan di daerah lebih nyaman untuk transaki pembelanjaan kesehariaanya berbasis kartu,” ujar Fachrudin.
Inovasi KKI Bank Indonesia ini diharapkan membuat Bank Kalsel mampu bersaing dengan bank lain, sekaligus juga bias menjadi sumber dana dalam waktu jangka panjang sebagai usaha untuk mempertahankan DPK.
Tahun ini, Bank Kalsel juga mengembangkan Bank Indonesia-Fast Payment (BI-FAST) untuk memfasilitasi pembayaran ritel yang dapat diakses setiap saat. Yang akan Implementasidi BI-FAST adalah Direct Debet dan atau Bulk Credit dan atau Request for Payment dan Pngembangan pada channel ATM sesuai dengan timeline BI.
“Langkah ini diharapkan meningkatkan layanan BI-FAST kepada nasabah dan memenuhi arahan regulator dalam implementasi BI-FAST,” ujar dia.
Inovasi selanjutnya adalah pengembangan E-Money Server Based termasuk Scan QRIS. E-Money Bank Kalsel adalah uang elektronik server based yang dapat diakses melalui aplikasi smartphone (Android dan iOS) untuk bertransaksi di merchant–merchant.
“Ini akan memperkuat daya saing dan keunggulan Bank Kalsel dalam memenuhi kebutuhan masyarakat agar dapat bertransaksi secara nontunai serta meningkatkan fee based income,” tuturnya.
Untuk memperkuat daya saing dan keunggulan Bank Kalsel, manajemen juga meningkatkan Layanan Keuangan Tanpa Kantor dalam Rangka Keuangan Inklusif atau Laku Pandai yang merupakan Program Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini merupakan program untuk penyediaan layanan perbankan atau layanan keuangan lainnya melalui kerja sama dengan pihak lain (agen bank), dan didukung dengan penggunaan sarana teknologi informasi.
“Ktia dorong seluruh cabang setidaknya, kita punya target 1.014 merchant di seluruh Kalsel. Mudah-mudahan daerah remote area dan daerah 3T bisa kita berikan layanan melalu kerja sama dengan para agen yang ada di seluruh Kalsel,” ujar Fachrudin.
Bank Kalsel juga memiliki rencana untuk melakukan spin off unit usaha syariah (UUS) menjadi bank syariah tersendiri. Ini merupakan keinginan pemegang saham Bank Kalsel yang diharapkan bias terwujud pada 2027.
“Tapi ini terkendala masalah permodalan, kalau mau kan modal perusahaan induknya harus mencapai Rp 6 triliun, nanti yang Rp triliun dialokasikan untuk modal Bank Kalsel Syariah. Tapi juga ada wacana yang didorong regulasi OJK untuk menggabungkan seluruh BPR di Kalsel. BPR-BPR ini yang mungkin akan berada di bawah Bank Kalsel Syariah. Tahun 2027 menjadi core plan kita untuk bias diwujudkan,” kata Fachrudin.
Terkait unit usaha syariah ini, Bank Kalsel sedang mengembangkan Tabungan IB Al Barakah dan pembiayaan Multijas iB untuk pembiayaan uang muka haji khusus.
Bank Kalsel juga memiliki beberapa inovasi digital seperti pengembangan E-CRM (Electronic Customer Relationship Management). E-CRM ini merupakan sistem aplikasi yang menampilkan informasi atau data nasabah secara lebih lengkap serta terintegrasi, meliputi data pribadi nasabah, fasilitas nasabah, jasa layanan, data keluarga, informasi lainnya yang dianggap penting dan sebagainya.
Layanan unggulan dari aplikasi ini adalah halaman detail data nasabah, di mana terdapat kategori dan karakteristik nasabah yang berfungsi untuk mengetahui bagaimana cara melayani nasabah sesuai dengan karakter nasabah.
Bank Kalsel juga mengembangkan aplikasi COB (Customer On Boarding) untuk meningkatkan layanan pembukaan rekening bagi nasabah maupun calon nasabah perorangan secara efektif dan efisien. Dengan COB, pembukaan rekening dapat dilakukan tanpa harus datang ke kantor Cabang atau Kantor Cabang Pembantu Bank Kalsel. Layanan unggulan aplikasi ini antara lain pembukaan rekening baru maupun existing, aktivasi ATM, registrasi internet banking dan mobile banking.
Inovasi lainnya adalah layanan Smart Hybrid Branch yang saat ini sudah dibuka di cabang utama di Banjarmasin. Layanan ini bahkan mendapat apresiasi yang besar dari masyarakat, terutama kepala daerah dari kabupaten dan kota di Kalsel yang berharap layanan tersebut ada di cabang-cabang. “Tahun ini InsyaAlloh akan dilakuka di 5 cabang kami,” ujar Fachrudin.
Smart Hybrid Branch merupakan Layanan Bank yang menyediakan layanan konvensional dan layanan semi digital dengan menggunakan perangkat terminal perbankan elektronik dibantu petugas bank agar nasabah dapat terlayani lebih cepat dan efisien. Perangkat Digital yang digunakan; Customer Service Machine (CSM), Cash Recycle Machine (CRM), ATM dan Smart Branch System (SBS).
Dengan berbagai inovasi tersebut, tingkat kepuasan pelanggan terhadap layanan Bank Kalsel sangat tinggi.
Saat ini Bank Kalsel juga telah memiliki Aplikasi Penilaian “Service Individual Performance (SIP)” yang ditempatkan pada counter Frontliner Kantor Cabang dan Capem Bank Kalsel konvensional dan syariah. Nasabah dapat secara langsung memberikan penilaian atas tingkat kepuasaan terhadap layanan petugas frontliner (customer service & teller) Bank Kalsel.
Berdasarkan data hasil penilaian Aplikasi SIP selama periode Januari hingga Desember 2024 dengan jumlah layanan sebanyak 135.174 kali, 85,58 persen nasabah menyatakan “Sangat Puas” , 14,39 persen “Puas” dan hanya 0,03 persen yang menyatakan Kurang Puas dan Tidak Puas.
Terkait kontribusi terhadap pemerintah daerah dan pembangunan daerah, menurut Fachrudin, Bank Kalsel melakukan pengembangan digitalisasi yang mempermudah Pemda untuk melakukan transaksi keuangan. Misalnya dengan IBB (Internet Bisnis Banking) di mana per 2024, total pengguna IBB khususnya Pemda sudah ada 4.909 user.
Untuk Siskeudeslink (Sistem Keuangan Desa), Pemerintah Desa yang telah bertransaksi online sebanyak 1.303 desa atau telah mencakup 70 persen yang ada di Provinsi Kalsel. Bank Kalsel juga memiliki layanan KKI (Kartu Kredit Indonesia).
Pada 2024, seluruh Pemda telah ada Perkada, 10 Pemda telah ber-PKS, dan 4 Pemda telah implementasi KKPD. Untuk 2025, saat ini seluruh Pemda sedang menyiapkan dokumen untuk kelengkapan KKI agar dapat diimplementasikan dengan melibatkan lebih dari 1 SKPD di setiap Pemda.
Berbagai pencapaian kinerja, inovasi, dan kontribusi Bank Kalsel tersebut yang membuat bank BUMD ini menjadi salah satu finalis TOP BUMD Awards 2025. Pada 2021, Bank Kalsel meraih penghargaan TOP BUMD Awards 2021 level bintang 4.