Jakarta, BusinessNews Indonesia—Pemulihan ekonomi Indonesia berlangsung gradual dan belum merata. Pertumbuhan ekonomi 2017 diperkirakan sekitar 5,10% (year on year), dibandingkan 5,02% (year on year) pada 2016.
“Pertumbuhan ekonomi didukung oleh peningkatan ekspor komoditas yang selanjutnya mendorong peningkatan investasi nonbangunan, khususnya pada korporasi yang berbasis komoditas,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Agusman, di Jakarta (14/12/2017).
Dia mengatakan, stimulus fiskal oleh pemerintah terkait pembangunan proyek infrastruktur juga mendorong investasi bangunan. Di sisi lain, investasi pada sektor-sektor nonkomoditas belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
“Konsumsi rumah tangga masih tumbuh terbatas khususnya pada belanja makanan dan pakaian, disertai pergeseran pola konsumsi ke leisure, serta terjadi preferensi untuk menunda konsumsi pada masyarakat golongan menengah atas.”
Pada 2018, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan membaik bersumber dari lebih meratanya investasi, berlanjutnya stimulus fiskal pemerintah, dan meningkatnya ekspor sejalan dengan berlanjutnya perbaikan ekonomi global.
“Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2018 diperkirakan meningkat pada kisaran 5,1% sampai 5,5%,” ucap Agusman lagi.
Dia juga mengatakan bahwa rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 13 Desember dan 14 Desember 2017, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate tetap sebesar 4,25%; dengan suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 3,50% dan Lending Facility tetap sebesar 5,00%. Itu semua berlaku efektif sejak 15 Desember 2017.
“Kebijakan tersebut konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung pemulihan ekonomi domestik dengan tetap mempertimbangkan dinamika perekonomian global maupun domestik.”