Jakarta, TopBusiness – Hilton Indonesia sukses melewati sesi penjurian TOP Human Capital (HC) Awards 2025, seiring perusahaan yang menjadi kandidat penerima penghargaan bergengsi yang digelar Majalah TopBusiness.
Pauline Adriani, selaku Country Director of HR Hilton Indonesia hadir mewakili perusahaan dan memberikan presentasinya di hadapan dewan juri. Tak ayal, bagaimana Hilton Indonesia mengelola sumber daya manusia terungkap di sini.
Hilton Indonesia diketahui mengelola 11 hotel dengan lebih dari 2.000 karyawan, mulai dari Hilton Bandung, Hilton Bali, hingga DoubleTree by Hilton Jakarta – Diponegoro. Perusahaan ini terus memperkuat posisinya sebagai salah satu tempat kerja terbaik di industri perhotelan Tanah Air.
Seperti dikatakan Pauline, selama tiga tahun berturut-turut, jaringan hotel internasional ini dinobatkan sebagai Best Workplace in Indonesia, dan menjadi nomor satu di kategori hospitality.
Kesuksesan ini tidak datang begitu saja, melainkan hasil dari strategi pengelolaan sumber daya manusia yang matang, dengan fokus pada pengembangan talenta, inklusivitas, dan kesejahteraan karyawan.
Pauline menjelaskan, seluruh strategi bisnis dan sumber daya manusia (SDM) yang dijalankan di Indonesia mengacu pada visi dan misi Hilton secara global.
“Untuk bisnis strategi kita di Indonesia sendiri, kita punya Luxury Hotel, Full Service, dan juga Focused Services,” ujarnya di hadapan dewan juri TOP HC Awards 2025, Jumat (24/10/2025) lalu.
Seiring pesatnya pertumbuhan bisnis, Hilton menyadari pentingnya menyiapkan talenta yang siap beradaptasi. Salah satu upaya yang dilakukan Hilton Indonesia adalah melalui Talent Development.
“Kenapa kita fokus pada talent development ini? Karena kita menyadari bahwa dahulu Hilton itu hanya beberapa hotel saja dan sekarang terus berkembang, sehingga business growth-nya itu cukup tinggi dan kita ingin memastikan bahwa talent yang kita punya itu ready dengan perkembangan dari hotel Hilton itu sendiri,” jelasnya.
Lebih jauh Pauline menambahkan, tantangan terbesar saat ini adalah talent mobility, yakni bagaimana menyiapkan karyawan agar siap berpindah peran atau lokasi kerja sesuai kebutuhan organisasi.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Hilton menerapkan succession plan yang memungkinkan identifikasi dan pengembangan talenta internal agar dapat mengisi posisi-posisi strategis di masa depan.
Proses ini didukung oleh aplikasi Talent Dashboard, yang mencatat hasil talent review dua kali setahun, lengkap dengan rating, ekspektasi, dan rencana pengembangan setiap karyawan.
Tak hanya fokus pada level manajerial, Hilton juga memberi perhatian besar kepada entry level dan calon tenaga kerja muda. Pauline menjelaskan, Hilton kini aktif menjalin kemitraan dengan sekolah-sekolah di seluruh Indonesia untuk membangun talent pool sejak dini.
“Kita ingin punya good partnership dengan sekolah-sekolah, sehingga kita bisa menyiapkan anak-anak muda ini untuk nantinya menjadi bagian dari Hilton,” katanya.
Adapun salah satu inisiatifnya adalah Hilton Educare di Bali, kegiatan seperti open house, career talk, dan master class yang mempertemukan siswa dengan para profesional Hilton.
Dalam hal pengembangan karier, Hilton Indonesia juga menjalankan berbagai program pelatihan, di antaranya Southeast Asia Management Trainee — program 18 bulan untuk mencetak calon pemimpin muda — dan Leadership Development Program (LEAD) yang berjenjang.
Pauline menegaskan, Hilton memberi ruang bagi karyawan untuk menunjukkan potensi terbaik mereka, bahkan hingga berkontribusi sebagai pengajar eksternal. Dalam hal ini Pauline mencontohkan seorang supervisor Food & Beverage Service di Hilton diundang menjadi dosen tamu di Universitas Bunda Mulia untuk mengajar tentang bartender.
“Kami bangga karena hal seperti ini menunjukkan bahwa talenta Hilton bisa berbagi dan menginspirasi,” ujarnya.
Apiknya, pengembangan sumber daya manusia di Hilton tidak hanya berhenti pada kemampuan teknis. Pauline menekankan pentingnya people experience yang menyeluruh. “Goal kita adalah menjadi tempat kerja yang baik di seluruh dunia, be the best workplace,” ungkapnya.
Melalui program Thrive, Hilton berupaya menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan kesejahteraan pribadi karyawan. Salah satu kisah inspiratif datang dari Nicholas, HR Coordinator di DoubleTree Surabaya, yang mengikuti Thrive Sabbatical — program cuti 40 hari berbayar untuk proyek sosial. Ia memilih membangun jembatan dan sekolah di Maluku.
“Itu menunjukkan bahwa Hilton bukan hanya tempat untuk bekerja, tapi juga tempat untuk menyalurkan makna hidup,” ujar Pauline.
Selain kesejahteraan, Hilton juga berkomitmen pada inklusivitas dan keberagaman. Melalui program Women Leadership, perusahaan memberi pelatihan dan rencana pengembangan bagi perempuan agar siap menduduki posisi kepemimpinan.
“Di Hilton ada target, di mana leader itu harus bisa 50-50 antara perempuan dan laki-laki,” jelas Pauline.
Komitmen serupa juga diterapkan untuk rekan-rekan penyandang disabilitas. Hilton Indonesia bekerja sama dengan berbagai institusi, seperti London School untuk program magang bagi penyandang autisme, serta yayasan disabilitas di Bali. Bahkan, karyawan Hilton mendapat pelatihan bahasa isyarat agar dapat berkomunikasi dengan rekan tuli di tempat kerja.
Komitmen sosial Hilton juga diwujudkan dalam gerakan Travel With Purpose, yang mendorong setiap hotel untuk berkontribusi pada komunitas dan lingkungan sekitar.
Kegiatan seperti pengajaran di sekolah, bantuan bagi masyarakat kurang mampu, dan pelestarian lingkungan menjadi bagian dari budaya perusahaan.
“Jadi kita punya travel with purpose, yang mana ini kontribusi kita ke sekitar kita, ke komunitas kita, dan juga ke lingkungannya kita,” pungkas Pauline.
Editor: Busthomi