Jakarta, TopBusiness—Lelang pertama obligasi setelah pemilihan umum pada 17 April 2019, yang hasilnya menunjukkan kemungkinan Presiden Jokowi terpilih kembali, sesuai harapan. Hasil positif ini, ditambah dengan data neraca perdagangan yang membesarkan hati, mendukung nilai tukar Rupiah, yang telah menguat sejak awal bulan.
“Rupiah menguat 1% antara 1 April hingga 23 April, bertolak belakang dengan JPM EMCI, yang turun 0,2% pada periode sama,” kata Ekonom DBS Group Research, Masyita Crystallin, dalam publikasi hasil riset yang diterima pagi ini oleh Majalah TopBusiness.
Dia menjelaskan, Rupiah mendapatkan dukungan tambahan dari perbaikan neraca perdagangan, yang mencatat surplus dalam dua bulan terakhir (19 Februari sebesar USD 330 juta dan 19 Maret sebesar USD 540 juta).
Adapun Ekonom DBS Group Research, Irvin Seah, menjelaskan bahwa perbaikan ini bisa berubah karena ekspor cenderung melambat sementara harga minyak naik, membebani impor.
Namun, neraca perdagangan secara keseluruhan dan transaksi berjalan kemungkinan akan membaik pada 2019 dibandingkan dengan 2018.
“Penyebabnya, karena depresiasi Rupiah pada akhirnya akan berimbas pada harga dan permintaan impor,” kata Irvin.
(Adhito)