Jakarta TopBusiness – Impor minyak mentah dan kondensat PT Pertamina (Persero) mengalami penurunan drastis hingga sekitar 50% sepanjang empat bulan pertama. Ini dipengaruhi oleh penyerapan minyak mentah dan kondensat produksi domestik bagian kontraktor kontrak kerja sama atau KKKS.
Dalam laman pertamina.com, Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman, di Jakarta, hari ini, menyatakan bahwa volume impor minyak mentah dan kondensat pada periode Januari hingga April 2019 mencapai sekitar 25 juta barel atau turun drastis, bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2018 sekitar 48 juta. Penurunan ini juga berdampak pada penurunan nilai biaya impor sebesar USD 1,4 miliar atau ekuivalen lebih dari Rp 20 triliun.
“Penurunan impor sangat signifikan, karena sebagian dari kebutuhan minyak mentah untuk kilang-kilang Pertamina sudah dapat dipenuhi dari dalam negeri. Dengan adanya penyerapan minyak mentah domestik ini, maka sangat mendukung keandalan suplai untuk kilang-kilang Pertamina sehingga dapat meningkatkan kinerja dan profitabilitas kilang,” ujarnya.
Hingga minggu ketiga April 2019, Pertamina telah melakukan kesepakatan untuk pembelian minyak dan kondensat dalam negeri sebanyak 137.000 barel per hari yang berasal dari 32 kontraktor kontrak kerja sama atau KKKS.
Pembelian minyak dan kondesat domestik yang paling berpengaruh adalah bagian dari eks PT Chevron Pacific Indonesia untuk jenis Duri dan SLC, yang jumlahnya mencapai 2-3 juta barel per bulan. “Dengan pasokan tersebut, saat ini Pertamina tidak lagi mengimpor minyak mentah jenis heavy dan super heavy dan hanya mengimpor jenis light and medium crude,” ungkapnya.
Penulis : Agus H