Jakarta, TopBusiness–-Emiten yang menggeluti sektor telekomunikasi, PT Northcliff Citranusa Indonesia Tbk (SKYB) mengaku masih akan mengalami kerugian hingga akhir tahun ini. Hal diakibatkan oleh masih lesunya sektor telekomunikasi.
Sementara, perseroan sudah mulai merambah ke sektor properti dengan mengakuisisi dua perusahaan properti yakni PT Taman Suci Abadi (TSA) dan PT Griya Boga Selaras (GBS).
Menurut Direktur Keuangan SKYB, Sigit Kamseno, pihaknya masih akan membutuhkan waktu untuk memperbaiki kinerja keuangan perseroan setelah melakukan akuisisi dua perusahaan itu. “Karena akuisisinya sendiri baru terjadi pada 22 Mei lalu, sehingga konsolidasiannya baru akan terlihat pada semester dua 2019 nanti,” ujar Sigit dalam paparan publik, di Jakarta (31/5/2019).
Perusahaan yang sebelumnya bernama PT SkyBee Tbk itu kini memiliki dua anak usaha yakni TSA yang bergerak di bidang jasa operator hotel di Bali dan GBS yang bergerak di bidang jasa pengelolaan gedung perkantoran, kafe, dan jasa katering di Jakarta.
“Maka, dengan aksi korporasi ini kami targetkan pendapatan perseroan bertumbuh 6% per tahun mencapai Rp 17,43 miliar pada 2026. Bahkan berpotensi dapat laba bersih di akhir 2020,” papar dia.
Sedang untuk tahun ini, dua entitas baru tersebut diharapkan dapat meraih pendapatan sebesar Rp 11,95 miliar.
“Memungkinkan mereka akan menyumbang 80% dari total pendapatan, dan 20% berasal dari PT Sinergitama Komindo, usaha lama perseroan yang bergerak di teknologi informasi dan telekomunikasi,” jelasnya.
Sedangkan pada 2020, kata dia, perseroan akan mengalami penurunan pendapatan menjadi Rp 10,8 miliar. Akan tetapi bisa mencatatkan laba bersih senilai Rp 378 juta.
“Penurunan pendapatan itu karena lini usaha telekomunikasi lagi-lagi tidak terlalu bagus. Lebih banyak idle di tempat. Tetapi dari sisi beban operasi akan menurun sehingga dapat membukukan laba,” jelas dia.
Meski proyeksi ke depan positif, namun dia mengakui kalau di tahun ini masih akan merugi. Bahkan dia proyeksi, perseroan masih akan membukukan rugi bersih sebesar Rp 784 juta.
“Karena saat ini bisnis telekomunikasi yang kami geluti pada umumnya tengah lesu. Maka kami lakukan diversifikasi usaha,”ujar dia.
Penulis: Tomy
