Jakarta, TopBusiness – Kekhawatiran akan adanya resesi di Amerika Serikat di tahun depan seperti yang ditakutkan para imvestor, kemungkinan tak akan terjadi. Pasalnya, kondisi perang dagang AS-China yang selama ini menjadi sentimen negatif mulai terlihat tanda-tanda perundingan.
Kondisi tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pasar saham di Indonesia. Sehingga bisa terus melanjutkan pertumbuhannya.
Hal ini disampaikan Head of Equity Research BNI Sekuritas, Kim Kwie Sjamsudin, di acara BNI Sekuritas Investment Forum, ‘Navigating Through Global Uncertainties’ di Jakarta, Rabu (6/11/2019).
“Untuk ekonomi tahun depan tak seburuk yang ditakutkan para investor. Kebijakan moneter dan fiskal dari negara maju sangat membantu untuk menghindari terjadinya resesi di AS. View kita di BNI Sekuritas tahun depan tak ada resesi di sana,” ujar dia.
Dengan demikian, Kim memprediksi, prospek pasar saham tetap bullish di tahun depan. “Untuk akhir tahun ini indeks akan berada di 6.600. Dan tahun depan akan kembali naik sebesar 10 persen,” lanjut dia.
Lebih jauh dia menegaskan, pasar saham sendiri akan dipengaruhi oleh empat faktor utama. Pertama, dari segi interest rate, karena kecenderungannya akan ada penurunan suku bunga lagi.
Kedua, dari segi valuasi saham hingga saat ini masih menarik. Menurut dia, lebih dikarenakan adanya perang dagang selama ini, sehingga sebagai emerging market masih dianggap prospektif.
Namun dua hal lainnya, dianggap tak mendukung pasar saham. Yakni earning growth yang sejak sembilan bulan pertama ini agak rendah dibanding ekspektasi investor.
Kemudian juga terkait sentimen yang ada. “Dalam arti, selama ini kita sebagai emerging market maka disamakan dengan emerging market yang lain. Padahal fundamental mereka jauh lbh buruk dari Indonesia,” tutur dia.
Terkait earning grwoth yang melambat itu, kata dia, lebih karena adanya pemilu lalu yang membuat ekspansi bisnis juga melambat, ditambah harga komoditas juga melemah.
“Tapi sekarang harga CPO sudah membaik dan harga batubara sudah bottom up sehingga dr sisi comparation base-nya akan membaik,” katanya.
Untuk sektor sahamnya sendiri yang patut diburu investor, dia menegaskan, lebih ke saham-saham yang blue chip. “Dan sektornya masih perbankan, telko, dan konsumer yang menarik. Sahamnya BBNI, BMRI, INDF, dan lainnya,” pungkas dia.
Penulis: Tomy