Jakarta, TopBusiness – Gonjang-ganjing masa depan PT Bank Permata Tbk (BNLI) akhirnya terjawab. Kini, bank yang masuk Bak Umum Kelompok Usaha (BUKU) III itu resmi diakuisisi oleh Bangkok Bank. Dengan nilai transaksi akuisisi yang mencapai Rp 37,43 triliun untuk 89,12% saham dari dua kepemilikan sebelumnya, yakni Standard Chartered Bank dan PT Astra International Tbk (ASII).
Pihak bank asal Thailand itu mengumumkan telah merampungkan proses penandatanganan perjanjian pembelian saham bersyarat dengan dua pemilik saham sebelumnya itu. Sehingga transaksi tersebut diharapkan akan selesai pada tahun 2020 nanti.
Namun begitu, usai dicaplok Bangkok Bank itu, justru harga saham BNLI dalam perdagangan hari ini malah mengalami penurunan. Mengutip data RTI, saham BNLI dibuka di level Rp1.400 per saham atau melemah 0,38% dari penutupan sebelumnya. Dan di sesi I ditutup terdepresiasi ke posisi Rp1.310 per saham. Dan hingga pukul 14.55 WIB masih anjlok ke posisi Rp1.305 per saham.
Sementara saham ASII yang telah melepas Bank Permata justru terus melambung. Tercatat, dibuka di di level Rp6.700 per saham atau menguat 4,20% dari penutupan sebelumnya. Di perdagangan sesi I, saham pemilik ATPM otomotif ini sempat melejit ke posisi Rp6.875 per saham dan ditutup ke tangga Rp6.800 per saham di pukul 11.30 WIB itu. Dan hingga pukul 15.40 WIB, saham Astra Internasional itu masih bertengger bullish di level Rp14.825 per saham.
Menurut analis saham dari Binaartha Sekuritas, M. Nafan Aji, sejak awal tahun 2019 pergerakan saham BNLI sendiri telah mengalami peningkatan dua kali lipat dari angka 620 menjadi 1.310. Untuk itu, bagi investor masih layak sebagai saham pilihan bagi investor.
“Saya rekomendasikan untuk wait and buy. Karena saham ini juga masih prospektif. Dari sebelumnya mengalami net loss (rugi bersih) sebesar 1,2 triliun dan di tahun ini mengalami net profit di angka Rp1,1 triliun. Jadi secara fundamental pereusahaan masih positif,” tutur dia di Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Selain itu, dia melanjutkan, pelaku pasar juga mengapresiasi dengan suksesnya proses akuisisi ini. Sehingga dengan begitu menjadi jelas dari gonjang-ganjing selama ini, di mana BNLI sempat digosipkan mau dicaplok oleh banyak grup perbankan. Termasuk juga bank pelat merah, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Dari aksi korporasi ini, Bangkok Bank sendiri telah mengantisipasi penawaran tender wajib (mandatory tender offer) untuk sisa 10,88% saham di Permata itu setelah merampungkan akuisisi saham kepemilikan sebesar 89,12% tersebut.
Transaksi akan dilaksanakan berdasarkan penilaian yang disepakati sebesar 1,77 kali lipat dari nilai buku Permata (yang masih akan disesuaikan). Hal ini menyiratkan, berdasarkan nilai buku Permata pada 30 September 2019, harga pembelian indikatif Rp 1.498 per saham dan nilai transaksi indikatif Rp 37,43 triliun (sekitar US$ 2.674 juta atau 81.017 juta THB) untuk 89,12% saham dan Rp 42 triliun (sekitar US $ 3.000 juta atau 90.909 juta THB) untuk kepemilikan 100,0% saham.
Harga yang harus dibayar oleh Bank Bangkok untuk kepemilikan 89,12% saham di Permata akan difinalisasikan berdasarkan 1,77 kali lipat dari nilai buku Permata (yang masih akan mengalami beberapa penyesuaian), sebagaimana tercantum dalam laporan keuangan terakhir yang diterbitkan Permata sebelum penyelesaian transaksi.
Akuisisi ini akan dibiayai melalui perpaduan sumber daya internal dan kegiatan pendanaan rutin Bangkok Bank. Akuisisi ini diharapkan akan menambah keuntungan per saham (earnings per share) dan pengembalian ekuitas (return on equity) Bangkok Bank segera setelah proses akuisisi selesai. Posisi modal Bank juga diperkirakan akan tetap kokoh setelah penyelesaian transaksi.
Penulis: Tomy