
Jakarta, businessnews.id — Perusahaan logistik ukuran menengah ke bawah Indonesia dikuatirkan kedodoran saat era Masyarakat Ekonomin Asean berlangsung. Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia, Zaldy Ilham Masita, mengatakan hal tersebut di Jakarta (22/10/2014).
Zaldy, dalam percakapan dengan BusinessNews Indonesia, mengatakan bahwa di era tersebut, perusahaan ukuran serupa dari negara seperti Singapura, Malaysia, dan lain-lain, lebih mudah mencari pasar di Indonesia.
Di sisi lain, beban bunga perbankan yang tinggi masih menghambat ekspansi perusahaan logistik tersebut. Di Indonesia, saat ini bunga kredit berkisar 11%, padahal di negara Asean lain hanya di kisaran 2%.
“Kalau kita lihat, armada truk perusahaan logistik negara Asean lain itu kan selalu bagus. Kalau di Indonesia, truk berusia 12 tahun pun masih dioperasikan. Ini terkait dengan tingginya bunga pinjaman,” dia mengatakan.
Bagaimana peluang ekspansi perusahaan logistik Indonesia di MEA? “Saya rasa, tidak terlalu bagus,” kata dia.
Tol Laut Sulit
Ia pun mengatakan, konsep tol laut yang direncanakan oleh pemerintahan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mungkin sulit dalam waktu dekat. Itu terkait biaya pengiriman yang masih lebih mahal bila menggunakan kapal.
Asosiasi Logistik Indonesia pernah mengalkulasi perbedaan biaya pengiriman barang Jakarta-Surabaya menggunakan truk dengan kapal. Ternyata, menggunakan kapal masih lebih mahal.
Penyebab hal itu, karena kapal harus menggunakan bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi. Bila menggunakan BBM subsidi, ceritanya lain.
“Tetapi, kalau lantas kapal menggunakan BBM subsidi, artinya kita set back, bukan?” kata Zaldy.
Penulis/Peliput: Achmad Adhito
Editor: Achmad Adhito