Jakarta, TopBusiness – PT Pefindo memberikan peringkat “idA-(sy)” kepada Sukuk Mudharabah I/2020 milik PT Industri Kereta Api (Persero) (INKA) sebesar Rp 300 miliar.
Dalam laman pefindo.com, di Jakarta, hari ini, memperlihatkan bahwa penggunaan dana dari penerbitan sukuk tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan modal kerja.
Pefindo juga menegaskan peringkat “idA-”untukperingkat perusahaan INKA. Outlook untuk peringkat adalah “stabil”.
Aryo Perbongso, analis Pefindo menyatakan, instrumen pendanaan syariah dengan peringkat idA (sy) mengindikasikan bahwa kemampuan emiten untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjang dalam kontrak pendanaan syariah dibandingkan emiten Indonesia lainnya adalah kuat. Namun demikian, mungkin akan mudah terpengaruh oleh perubahan buruk keadaan dan kondisi ekonomi dibandingkan instrumen yang peringkatnya lebih tinggi.
Sementara, tanda kurang (-) menunjukkan bahwa peringkat yang diberikan relatif lemah dan di bawah rata-rata kategori yang bersangkutan.
Peringkat perusahaan mencerminkan dukungan pemerintah yang kuat, posisi pasar yang kuat dalam memproduksi sarana perkeretaapian, dan potensi pendapatan yang lebih tinggi dari pengembangan infrastruktur kereta api dan cakupan pasar yang lebih luas.
Peringkat dibatasi oleh struktur permodalannya yang agresif, perlindungan arus kas yang lemah, dan paparan terhadap fluktuasi biaya bahan baku. Kemungkinan peningkatan peringkat perusahaan dalam 12-18 bulan ke depan adalah terbatas, karena peringkat tersebut telah memperhitungkan ekspektasi kami bahwa INKA akan melaksanakan rencana bisnisnya dengan baik.
“Kami dapat menaikkan peringkat perusahaan jika kinerjanya di atas harapan kami, yang juga harus disertai dengan perbaikan signifikan dalam struktur permodalan dan perlindungan arus kas. Peringkat dapat diturunkan apabila rencana pengiriman dalam waktu dekat perusahaan tertunda, yang mengakibatkan struktur modal dan perlindungan arus kas yang lebih lemah dari yang diharapkan. Peringkat tersebut juga dapat berada di bawah tekanan apabila Perusahaan menambah utang jauh lebih besar dari yang diperkirakan, menyebabkan rasio keuangannya memburuk di luar proyeksi kami.”
Ilustrasi: Istimewa