Jakarta, TopBusiness – Emiten yang bergerak di bidang pertambangan logam dasar (base metal) di Indonesia, PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC) mencatatkan kinerja positif sepanjang tahun 2019 lalu. Per akhir Desember 2019, ZINC berhasil mencatat penjualan sebesar Rp885,1 miliar, atau naik 17,3% secara tahunan (year on year/yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp754,5 miliar.
Sementara untuk laba kotor naik 45,4% yoy menjadi Rp394,9 miliar dan laba bersih melambung 62,3% yoy menjadi Rp178,8 miliar. “Dengan demikian, aset perseroan di tahun 2019 ditutup pada posisi Rp1,4 triliun atau naik 8,5% (yoy) dari sebelumnya di angka Rp1,3 triliun,” kata Direktur Utama ZINC, Harjanto Widjaja, di Jakarta, Selasa (2/6/2020)
Menurutnya, pencapaian tersebut tak terlepas dari meningkatnya hasil produksi logam dasar perseroan yang melebihi target yang telah ditetapkan sebelumnya. Sepanjang tahun 2019, ZINC memproduksi ore sebanyak 476.000 ton. Produksi tersebut juga meningkat 39,4% secara yoy. Realisasi ini juga melebihi target yang dicanangkan sebesar 450.000 ton.
“Untuk tahun ini, ZINC menargetkan produksi ore sebesar 600.000 ton. Jumlah ini di atas realisasi produksi ore perusahaan di tahun lalu sebesar 476.000 ton. Kami juga menargetkan penjualan sebesar US$50-80 juta untuk produk konsentrat seng dan timbal,” tutur dia.
Akan tetapi, dia melanjutkan, dikarenakan banyaknya faktor yang berdampak pada ketidakpastian dalam perekonomian Indonesia dan global akibat pandemic Covid-19 ini, pihaknya akan lihat dampaknya lebih jauh setelah bulan Juni terhadap target di tahun ini.
PT Kapuas Prima Coal Tbk sendiri merupakan perusahaan tambang yang telah beroperasi sejak 2005 di Kalimantan Tengah. Dari hasil eksplorasi terakhir yang dilakukan perusahaan, ditemukan base metal yakni Galena (PbS) dengan potensi Seng (Zn) dan Timbal (Pb), yang mana dalam konsentrat Timbal terdapat pula potensi kandungan Perak (Ag), Emas (Au), dan Tembaga (Cu).
Sejak go public pada Oktober 2017 lalu, perusahaan menjadi satu-satunya perusahaan publik di Indonesia yang mengeksplorasi Galena untuk dijadikan konsentrat Seng.
Foto: Istimewa