Jakarta, TopBusiness – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2020 mengalami deflasi sebesar 0,05 persen. Deflasi pada bulan lalu sama seperti yang terjadi pada bulan sebelumnya, yaitu deflasi 0,05 persen di Agustus 2020.
“Berdasarkan hasil pemantauan BPS di 90 kota inflasi pada September ini terjadi deflasi sebesar 0,05 persen,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam video conference di Jakarta, Kamis (1/10/2020).
Dengan perkembangan ini, maka inflasi secara tahun kalender (year to date) sejak Januari hingga September 2020 adalah 0,89 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (year on year) adalah 1,42 persen.
Ia mengatakan, deflasi terutama disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau yang mengalami deflasi 0,37 persen. Kelompok tersebut memberikan andil deflasi sebesar 0,09 persen pada angka deflasi September 2020.
Adapun komoditas yang paling menyumbang deflasi yakni daging ayam ras dan telur ayam ras masing-masing 0,04 persen. Daging ayam ras mengalami penurunan di 67 kota indeks harga konsumen (IHK) dan harga telur ayam ras turun di 79 kota IHK.
Selain itu, komoditas pangan yang menyumbang deflasi yakni bawang merah sebesar 0,02 persen serta tomat dan cabai rawit yang deflasi 0,01 persen.
Lebih lanjut, kelompok lain yang paling menyumbang deflasi yakni transportasi. Kelompok tersebut mengalami deflasi 0,33 persen dan memberikan andil deflasi 0,04 persen pada bulan September. Komoditas yang paling besar menyumbang deflasi yakni tarif angkutan udara. “Terjadi penurunan harga tiket di 40 kota IHK,” ujarnya.
Deflasi terjadi di 56 kota/kabupaten, sementara inflasi hanya terjadi di 34 kota/kabupaten yang disurvei oleh BPS. Deflasi tertinggi terjadi di Timika sebesar 0,83 persen. Adapun untuk daerah yang mengalami deflasi terendah terjadi di tiga kota yaitu Bukittinggi, Jember dan Singkawang yang masing-masing mengalami deflasi sebesar 0,01 persen.
“Sebaliknya inflasi tertinggi terjadi di Gunungsitoli, dimana inflasi sebesar satu persen. Inflasi terendah terjadi di dua kota yakni Pontianak dan Pekanbaru, yang masing-masing mengalami inflasi 0,01 persen,” pungkas dia.
Suhariyanto mengatakan, terjadinya deflasi itu menunjukkan bahwa dari sisi permintaan masyarakat masih rendah. Dengan kata lain, mencerminkan daya beli yang lemah.