Jakarta, TopBusiness – Bank Jateng merupakan salah satu Bank Pembangunan Daerah di Indonesia yang telah berkiprah cukup lama. Diketahui bank yang memiliki visi bank terpercaya, menjadi kebanggaan masyarakat, mampu menunjang pembangunan daerah itu sudah berdiri sejak 6 April 1963.
Seperti dikatakan Eksekutif Senior Bidang IT dan Human Capital-nya, Sulistiyono, Bank Jateng memiliki jaringan kantor 1767, satu kantor pusat, 156 layanan syariah, 44 layanan kas keliling, serta ATM yang tersebar di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jakarta. Selain itu, Bank Jateng juga memiliki cabang di luar Jawa Tengah, seperti di Jakarta dan Yogyakarta.
“Kita termasuk peringkat dua, tingkat kesehatannya per posisi 2020,” ungkap Sulistiyono di hadapan para juri TOP BUMD Awards 2021.
Lebih lanjut dikatakan Sulistiyono, sesuai dengan amanat Kepmendagri No.62 tahun 1999, BPD memiliki peran yang strategis dalam rangka mempercepat pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah.
“Diharapkan tugas BPD ini mengemban perenomonian dan menggerakkan pembangunan daerah. Ada tiga hal yang menjadi konsen fungsi Bank Jateng, yaitu mendorong terciptanya tingkat perekonomian dan pembangunan daerah dalam meningkatkan taraf hidup rakyat dan (kedua) memegang kas daerah. Yang ketiga sumber pendapatan asli daerah,” jelasnya.
Sebagai sumber pendapatan daerah (PAD), Sulistiyono menyebut bahwa dari tahun 2015 terus mengalami kenaikan, di mana terakhir Bank Jateng bisa menyetor sebesar Rp 788 miliar rupiah.
Tidak hanya berperan sebagai penyumbang PAD, berkaitan dengan kebutuhan pemerintah daerah ada beberapa hal sudah dilaksanakan Bank Jateng, utamanya pada host to host dengan pemerintah daerah, seperti SP2D Online, e-retribusi, e-tax, e-PBB, Kasda Online, Monitoring Pajak Daerah, RS Online, EDU Online, dan PDAM online.
Tetap Cetak Laba Saat Pandemi
Secara umum kinerja Bank Jateng terbilang cukup moncer. Hal itu terlihat dari sejumlah pencapaian perusahaan, dari aset yang dimiliki hingga perolehan laba yang tetap dirah Bank Jateng di masa-masa pandemi Covid-19.
“Aset kita saat ini sudah mencapai Rp 73,11 triliun pada tahun 2020. Sedangkan dana pihak ketiga tercapai 58,98 triliun. Untuk kredit pembiayanan Rp 51,11 triliun. Sedangkan laba usaha per posisi 2020 kemarin kita mencapai Rp1,54 triliun. Ini sangat membanggakan saya kira, pada kondisi yang masih pandemi kaya gini Bank Jateng masih bisa membukukan (laba) Rp1,54 triliun,” ungkap Sulistiyono.
Soal kualitas layanan, seperti diungkap Sulistiyono, layanan Bank Jateng memperoleh indeks 74,84 dari MRI. “Beberapa hal yang terkait dengan layanan, (seperti) kualitas layanan, kepuasan nasabah, loyalitas nasabah, dan sebagainya, saya kira bisa dilihat cukup baik untuk indeks-indeks yang terkait dengan layanan ini,” kata Sulistiyono.
Inovasi
Dari sisi inovasi /terobosan, Bank Jateng sepertinya juga cukup concern untuk urusan yang satu ini. Di antara yang telah dimiliki oleh Bank Jateng adalah BIMart, yang merupakan marketplace yang dirancang untuk UMKM dan BPR. “Sedangkan yang kita persiapkan lainnya, ada Co-Working Space dan sebagainya. Ini sebagai jawaban kita atas kebutuhan-kebutuhan UMKM ke depan,” tandasnya.
Masih dari inovasi dalam pemanfaatan teknologi, Bank Jateng telah menyiapkan apa yang disebutnya sebagai Learning Management System (LMS). Selain itu, perusahaan juga telah perpustakaan digital Bank Jateng – SINAU. Selanjutnya ada juga konten pembelajaran digital.
Sementara untuk pembenahan infrastruktur TI, Sulistiyono mengatakan bahwa Bank Jateng telah melakukan beberapa upaya seperti Enhancement Surrounding di Disaster Recovery Center (DRC), Enhancement pada mesin Core Banking System Data Center (DC) dan Disaster Recovery Center (DRC), serta Standarisasi Jaringan Komunikasi Data. “Ini saya kira yang mutlak diperlukan pada sistem IT kita supaya terstandar untuk melangkah lebih jauh ke depan menghadapi era digitalisasi,” jelasnya.
Untuk mengoptimalisasi layanannya untuk menjawab tantangan seperti di saat pandemi, Bank Jateng siap tengah menyiapkan sejumlah rencana, seperti implementasi CRM (cash recycling machine), di mana mesin anjungan tunai mandiri tidak hanya untuk menarik uang saja, tetapi bisa untuk menyetor dan menarik. Lalu ada juga optimalisasi mesin EDC, serta pengembangan Self Service Teller Cash Recycler (SSTCR) dan Self Service Passbook Printer (SSPP).
“Jadi ke depan kita (akan) menjawab tantangan teknologi yang memang semuanya serba contact-less. Itu kita siapkan,” kata Sulistiyono.
Masih berkaitan dengan strategi/layanannya di masa Pandemi Covid-19, Bank Jateng juga melakukan penambahan fitur layanan aplikasi mobile banking dan internet banking untuk meningkatkan transaksi non-cash melalui penambahan fitur pembukaan rekening online dan fitur QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
Selanjutnya Bank Jateng juga menambah jumlah jaringan layanan dengan melakukan kerja sama dengan pihak eksternal. Ada dua hal yang dilakukan Bank Jateng, yaitu dengan meningkatkan kerjasama dengan Fintech untuk memperluas akses layanan Bank Jateng dan mengembangkan layanan Omni Channel.
Penulis: Fauzi