Jakarta, TopBusiness – Lembaga riset ekonomi dan pembangunan, INDEF menyebut, saat ini Indonesia dalam kondisi krisis akibat pandemic Covid-19, sehingga kondisi Indonesia dalam setahun ke belakang sebagai the worst of time.
Indikatornya, pertumbuhan ekonomi yang sempat minus 5,32 % pada Kuartal II-2020 lalu merupakanyang terendah sejak krisis moneter 1998. Selain itu, penduduk di bawah garis kemiskinan naik, sehingga pengentasan kemiskinan mundur setidaknya tiga tahun.
“Lalu, Bansos juga masih salah sasaran bahkan dikorupsi. Dan tentu saja meninggalnya lebih dari 61 ribu nyawa di Indonesia akibat Covid-19 adalah tragedi yang menyayat hati,” kata Direktur Riset Indef, Berly Martawardaya dalam sambutan pada Pembukaan Kajian Tengah Tahun INDEF 2021, yang digelar secara virtual, Rabu (7/7/2021).
Namun begitu, kata dia, krisis juga dalam bahasa Mandarin adalah kombinasi kata bahaya dan peluang. Sehingga tugas semua orang ada dua, bukan hanya menghindari bahaya pandemi tapi juga mengambil peluang perbaikan.
“Kita disadarkan dan diingatkan bahwa kesehatan adalah harta paling berharga. Pembangunan Indonesia perlu menempatkan akses pada kesehatan yang berkualitas dan jaminan sosial sebagai sebagai bagian inti strategi pembangunan,” katanya.
Selain itu, tanpa data akurat dan updated, dana triliunan dan program2 yang bagus dalam perencanaan juga masih tidak sepenuhnya sampai ke rakyat miskin dan rentan yang membutuhkan di masa pandemi. Termasuk juga, tanpa good governance dan transparansi maka korupsi akan marak. Media massa dan masyarakat sipil yang awas terhadap penyimpangan sangat esensi di masa pandemi.
“Meski begitu, saat ini pertumbuhan kuartal I-2021 lalu walaupun masih minus 0,27 %, tapi dalam trend meningkat dengan dan banyak indikasi akan positif pada kuartal II-2020. Jika vaksinasi terus ditingkatkan dan pengetatan prokes bisa dijaga maka bukan tidak mungkin tahun 2021 akan kita akhiri dengan kondisi lebih baik dari 2020,” tandasnya.
Namun demikian, kembali dilanjutkan Berly, Indonesia hendaknya tidak puas dengan sekedar pemulihan dan kembali ke old normal. Ini adalah kesempatan indonesia untuk bertransformasi menjadi negara yang dimotori oleh ekonomi kreatif, digital dan hijau.
“Mengutip kajian Vividnomics yang menemukan bahwa stimulus Indonesi berdampak net negatif pada ekonomi hijau. Indonesia sebagai salah satu negara tropis terbesar dunia, tidak harus merusak hutan dan lingkungannya untuk sejahtera,” terang dia.
Untuk itu, Indonesia bisa akselerasi transisi ke energi terbarukan, sehingga kurangi ketergantungan pada impor energi seperti telah dilakukan beberapa negara tetangga di ASEAN.
“Jadi, mengatasi pandemi dan memulihkan ekonomi ini perlu menjadi kerja bersama dengan tetap menjaga good governance, transparasi dan keterbukan terhadap perbedaan pendapat serta kritik. Dan dibutuhkan konsistensi antara rencana dan pernyataan dengan tindakan serta implementasi, sehingga tidak menjadi bola liar yang minim maanfaat. Krisis ini tidak bisa diatasi dengan sekadar lip service,” kecam dia.
FOTO: Istimewa