Jakarta, TopBusiness – PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) menjad salah satu perusahaan negara yang terbilang sukses mengimplemtasikan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) berbasis ISO 26000. Hal ini nampak terlihat dari replikasi program yang telah berhasil direalisasikan sehingga membawa dampak kemanfaatan bagi masyarakat, atau biasa disebut dalam istilah CSR sebagai Creat Shared Value (CSV).
“Kami mengimplemtasikan program tjsl berbasis iso 26000 sejak tahun 2019. Yang menjadi fokus kami adalah bagaiman mendesain sebuah shared value bisnis dengan masyarakat untuk pencapaian. Tahun 2022 ini bagaman program kita bisa memiliki efek kepada masyarakat dengan diukur dan diharapkan tahun2 024 nanti kami memiliki sistem terpadu dimana program csr kita mendukung program bisnis yang ada di perusahan,” kata Agus Yuswanta selaku VP Corporate Social Responbility (CSR) PT PLN saat wawancara penjurian TOP CSR Awards 2022 secara daring, Rabu (9/2/2022).
Menurut Agus, PLN sebagai perusahaan negara memiliki komitmen terhadap program TJSL berbasis ISO 26000. Oleh sebab itu, pihaknya terus berinisiatip melakukan inovasi-inovasi program yang berkelanjutan terutama dampak kemanfaatan bagi masyrakat. “Nah ini yang menjadi konsen kami di tahun 2021. Kami mendesain sebuah ekosistm program csv pln yang dimulai dari sisi suplai yakni sisi pembangkitan di mana kita bisa memanfaatkan sampah yang ada di masyarakat untuk menjadi bahan baku co-firing atau bahan bakar dalam oprasional pembangkit kami,” terangnya.
Setelah itu, lanjutnya, sisa pembakaran yang ada di pembangkit juga dapat dimanfaatkan, salah satunya yakni FABA, limbah atau abu batu bara. “Output dari pembangkit kami (PLTU) itu adalah salah satunya FABA. Faba ini bisa kita gunakan untuk pengembangan infrastruktur di daerah sekitar atau terkait bencana,” tegasnya.
Program Adopsi CSV dalam CSR
Dalam presentasi yang berjudul Strategi Menciptakan Share Value (Csv) bagi Bisnis dan Masyarakat untuk Pertumbuhan Berkelanjutan, Agus mengungkap sejumlah program sukses dalam melaksanakan program CSR yang menjadi andalan perusahaan dalam mengembangkan bisnis. Dari sekian banyak program unggulan di antaranya seperti Program pemanfaatan FABA sisa pembakaran PLTU, Program Pertanian terpadu berbasis listrik dan Program Pengolahan Sampah (Waste to Energy).
Pengolahan FABA
FABA atau yang biasa dikenal dengan limbah batu bara menjadi perhatian khusus karena dari sejumlah penelitian mengungkap bahwa limbah padat dari batu bara tersebut dapat dimanfaatkan untuk infrastruktur seperti batako, genteng, paving blok bahkan pupuk (yang baru-baru ini diteliti).
“(Faba) sebelmnya jadi limbah, limbah itu berisiko untuk biaya, polusi warga sekitar. Di situ kami membuat program tjsl yang melibatkan umkm, komunitas untuk membuat batako, paving dan lain-lain nanti hasilnya digunakan untuk pembangunan. Bisa juga untuk pemulihan bencana seperti renovasi rumah dan untuk perbaikan jalan dan lain-lain,” jelasnya.
Dari program pengolahan Faba tersebut, PLN berhasil mengurangi timbunan FABA sebesar 11.997 Ton di pembangkit, Pengurangan Biaya Operasional pengelolaan FABA senilai Rp. 8.484.931.159, Penyerapan Tenaga Kerja hingga 1,172 Orang karena program tersebut melibatkan UMKM dan komunitas dan lain sebagainya.
Pada awal tahun 2021 pemanfaatan Faba masih terbatas di lingkup internal perusahaan, namun pada akhir 2021 ada perubahan regulasi tentang pemnfaatn limbah mulai massif di eksternal misalnya bantuan pemulihan bencana. Inilah yang memantik PLN terus mereplikasi program tersebut agar kebermanfaatannya bisa dirasakan masyrakat yang lebih luas.
“Kami juga memanfaatkan Faba itu untuk pembuatan Rumah Dinas TNI di NTT, kita renovasi dan bahan bakunya itu dari Faba dari PLTU Ropa. Di Kalimantan juga begitu, kita membuat lapangan SD dari hasil pemanfaatan Faba di pembangkit tersebut,” ujarnya.
Pertanian Terpadu Berbasis Listrik
Program TJSL yang tak kalah menariknya yakni Program elektrifikasi pertanian untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas petani yang memanfaatkan inovasi produk berbasis listrik. “Ini adalah program CSV kami, bagaimana kita mengoptimalkan listrik untuk fasilitas pertanian misalnya untuk pengairan. Sekarang yang lagi musim adalah urban farming, dimana penggunaan UV (sinar) akan mempercepat produksi pertanian. Program ini yang direplikasi di banyak tempat, dari satu tempat yang berhasil kami replikasi ke tempat lain,” paparnya.
Terkait hal ini, Taufiq selaku Managar Program CSR menambahkan, Replikasi progam tentunya disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing misalnya elektrik firing pertanian yang ada di Jawa Timur. “Awalnya pengairannya kurang, terus kita bantu pompa airnya untuk irigasi dan itu semkin berkembang tidak hanya dari sisi pertanian tapi kemudian kearah desa wisatanya,” imbuhnya.
“Semua potensi daeah wisata dikembangkan disitu menjadi sumber mata pencaharian baru dan itu dikelola oleh BUMDes atau kelompok di daerah tersebut sehingga itu menjadi pendapatan mereka berkesinambungan sekarang dikembangkan lagi terkait pengolahan sampah-sampahnya itu dan peternakan. Artinya dari semua aktivitas tersebut PLN tidak melepas langsung, kawal terus,” lanjutnya.
Dari program tersebut, dampak yang dirasakan yakni Luas lahan yang teroptimalkan seluas 614 hektar, penghematan jumlah BBM 44.171.515 liter setara equivalent Rp 227.483.302.250, Peningkatan Pendapatan Petani sebesar Rp 1.251.850.360, Percepatan Waktu Panen rata-rata 31 hari, Penghematan Biaya Produksi Rp 111.440.000 dan saah satu dampak bagi perusahaan yang signifikan adalah Penambahan Jumlah Pelanggan EA 148.290 Pelanggan, Penambahan Daya Terpasang 2.553 MVA dan sebagainya.
Program Pengolahan Sampah Terpadu
Progam TJSL PLN yng sudah banyak dijumpai yakni Program pengolahan sampah terpadu oleh masyarakat yang outputnya digunakan PLN untuk bahan bakar Pembangkit sebagai bentuk komitmen terhadap penggunaan energi Biomassa. “Bagaimana kita memanfaatkan sampah untuk menjadi bahan bakar co-firing untuk PLTU (pembangkit), sedangnn untuk PLTD atau PLTG dari bahan tadi (sampah) akan digunakan sebagai campuran untuk gasifikasi. Dijadikan gas nanti gasnya dijadikan campuran untuk mengurangi biaya BBM di PLTD atau PLTG,” papar Taufik.
Dari pengolahan sampah menjadi energi tersebut mendatangkan banyak manaat, khususnya utuk perusahaan. Belum lagi jika melihat dampaknya terhadap masyarakat seperti pencemaran dan mengurangi timbunan sampah. “Jadi untuk pengolahan sampah menjd energi itu juga selain mendatangkan manfaat untuk persahaan karena harga yang nantinya menjadi co-firing ini menjadi lebih rendah dari pada harga batu bara. Artinya di sini ada penghematan biaya bagi perusahan,” jelasnya.
“Selain itu juga akan mendapatkan pendapatan ataupun peluang usaha baru di masyarakat sehingga mereka mendapatkan sumber pendapatan. Dampaknya sangat banyak, selain mengurangi timbunan sampah yang berkorelasi dengan gas rumah kaca itu juga bisa meningktkan pendpatan masyarakat, ada penyerapan tenga kerja dan itu akan menurunkan biaya operasi,” tegasnya.
Dampak dari program tersebut, PLN mencatat dapat menurunkan Biaya Operasi sebesar Rp. 13,731,025,000, Pengurangan konsumsi BBM sebanyak 2.772 liter dan lain sebagainya.
Sebagai informasi, berkat konsistensi dan program inovatif yang telah dilakukan, PLN berhasil mendapatkan 46 penghargaan di bidang TJSL baik skala nasional maupun internasional.
Penulis: Abdullah Suntani