Jakarta, TopBusiness – Kinerja bisnis PT BPR Bank Daerah Karanganyar (Perseroda) tahun 2021 tumbuh meyakinkan, bahkan di atas target yang ditetapkan dalam rencana bisnis bank (RBB), meskipun tahun lalu pandemi covid-19 masih berlangsung.
Saat pesaing stop lending karena dampak pandemi, BPR milik Pemerintah Kabupaten Karanganyar ini terus gencar hadir melayani masyarakat dengan memberikan permodalan, sehingga membuat aset BPR meningkat .
“Hal ini terbukti dengan tercapainya target di semua parameter kinerja bahkan melebihi target,” kata Direktur Utama PT BPR Bank Daerah Karanganyar, Haryono, SE MM dalam penjurian TOP GRC Awards 2022 yang dilakukan secara daring, Senin (20/6/2022).
Hadir pula dalam penjurian tersebut, Drs. Sumarno, M.Si selaku Komisaris Utama BPR Bank Daerah Karanganyar, serta sejumlah staf manajemen antara lain Lussiana Nugraheni, SE.,MM, Novita Cahyaningrum P, SE, Sigit Budiatmoko, dan Yogi Berry.
Performa bisnis Bank Daerah Karanganyar (BDK) yang cukup baik pada 2021 terutama terlihat dari aset yang naik 9,96 persen dari Rp 433,85 miliar pada 2021 menjadi Rp 477,06 miliar. Sementara itu, kredit yang dikucurkan tumbuh 13,34 persen dari Rp 382,43 miliar menjadi Rp 433,42 miliar.
Dana pihak ketiga naik 12 persen dari Rp 336,65 miliar menjadi Rp 377,05 miliar. Sedangkan tabungan bertambah 8,31 persen dari Rp 196,92 miliar menjadi Rp 213,29 miliar, demikian pula dengan deposito naik 17,2 persen dari Rp 139,72 miliar menjadi Rp 163,76 miliar.
Dari sisi permodalan, kata Haryono, rasio CAR BDK tahun 2021 berada di angka 28,66 persen dari batas minimal 12 persen yang dipersyaratkan. Ini artinya BDK mampu menampung potensi kerugian sebagai akibat kegiatan operasional bank.
Sementara itu, rasio KAP sangat rendah di angka 0,34 persen dari batas maksimal 10,35 persen. Ini artinya tingkat kemungkinan diterima kembalinya dana yg ditanamkan dalam aktiva produktif sangat tinggi. “Dari sisi NPL gross mengalami penurunan signifikan dari tahun sebelumnya menjadi 0,44 persen,” ucapnya.
Rasio rentabilitas ROA Bank Daerah Karanganyar pada 2021 berada di angka 1,35 persen, melebihi batas minimal 1,215 persen. BOPO di angka 88,48 persen artinya kegiatan operasional bank sangat efesien dari batas maksimal BOPO 93,52 persen. Rasio likuiditas LDR di angka 93,87 dari batas maksimal 94,75 persen yang artinya ekspansi kredit di BDK sangat optimal. Sedangkan cash ratio di angka 7,89 persen, artinya masih sangat likuid di atas batas minimal 4,05 persen.
Untuk kinerja pendapatan, BDK pada 2021 mampu meraih total pendapatan Rp 61,26 miliar, naik 9,51 persen dari tahun sebelumnya Rp 55,93 miliar. Realisasi pendapatan ini di atas target dalam RBB sebesar Rp 55,69 miliar. Sementara itu, beban mengalami kenaikan dari Rp 49,81 miliar pada 2020 menjadi Rp 54,65 milair atau naik 9,72 persen.
Realisasi laba sebelum pajak pada 2021 mencapai Rp 6,6 miliar, meningkat 7,84 persen dibandingkan tahun 2020 yang sebesar Rp 6,12 miliar. Realisasi laba ini juga di atas target RBB sebesar Rp 6,36 miliar. Sedangkan laba setelah pajak tahun 2021 sebesar Rp 4,86 miliar, naik 8,65 persen dari laba setelah pajak tahun 2020 sebesar Rp 4,55 miliar dan di atas target RBB sebesar Rp 4,77 miliar.
“Secara keseluruhan kinerja BDK di tahun 2021 semua aspek target terlampaui. Ini membuktikan bahwa manajemen BPR telah dikelola dengan profesional, independen, compliance SOP, serta telah membumikan tata kelola bank dengan baik, dan selama tiga tahun terakhir telah melaksanakan Program Anti Fraud dengan baik,” paparnya.
Langkah Terobosan
Kepada dewan juri, Haryono menjelaskan, ada beberapa langkah terobosan yang dilakukan manajemen BDK untuk mendukung kinerja bank di masa pandemi. Beberapa langkah itu antara lain membuat stress testing untuk mengetahui skenario terburuk dampak Covid-19, melakukan mapping debitur terdampak dan simulasi dampak covid-19 internal disertai dengan action plan sehingga bisa dilakukan relaksasi secara tepat .
“Kami juga memonitor pelaksanaan relaksasi action plan secara berkala dan tetap dalam koordinasi,” tuturnya.
Selain dari sisi internal, kata Haryono, BDK mengajak dan mengedukasi debitur-debitur pelaku UMK untuk meningkatkan inovasi produk dan jasa guna mengatasi dampak pandemi. Langkah tersebut mempertimbangkan daya beli masyarakat tetap terjangkau, kreatif dalam penjualan atau pemasaran agar efektivitas dan efisien demi mendapatkan kinerja usaha yang optimal dan sustainable.