Jakarta, TopBusiness – PT Cogindo Daya Bersama (CDB) merupakan anak perusahaan PT Indonesia Power sekaligus cucu PT PLN (Persero). Ada empat segmen usaha yang digeluti PT Cogindo, yaitu penjualan listrik, jasa operasi dan pemeliharaan (O&M), sewa genset, serta jasa Maintenance, Repair, dan OverhaulĀ (MRO).
Pendapatan usaha PT Cogindo tahun 2021 terdiri atas segmen jasa O&M sebesar 53 persen, selanjutnya berturut-turut MRO services dan sewa genset berkontribusi sebesar 42 persen dan 5 persen.
“Sedangkan penjualan listrik pada 2021 tidak berkontribusi dikarenakan dalam proses relokasi PLTD Batakan, Kalimantan Timur ke Tenau Nusa Tenggara Timur,” kata Direktur Utama PT Cogindo Daya Bersama Ade Hendratno dalam penjurian TOP GRC Awards 2022 yang dilakukan secara daring, Senin (18/7/2022).
Hadir pula dari tim manajemen dari PT Cogindo antara lain Susiana Mutia (Komisaris Utama), M. Mursid (Komisaris), Masykuri Abdillah (Komisaris), Zaenal Mustofa (Komisaris Independen). Sedangkan dari jajaran direksi antara lain R Triyono Budi Prayitno (Direktur SDM), Hari Muhardani (Direktur Keuangan), Kukuh Pambudi (Direktur Bisnis), dan Mulyadi Koto (Direktur Operasi).
Selanjutnya, Ulfa Millany (Sekretaris Perusahaan), Lucky Andriani (LA Keuangan), Agus Supriyono (MRSR), Iswandi Lodde (LA Operasi), Wulan Permatasari (Spv Kesekretariatan), Qonita Selfia (Staf Senior Humas), Mardiana Budiarti (LA TIK), serta Yudi Mulyadi (KSAI).
Meskipun diadang pandemi covid 19, bisnis PT Cogindo sepanjang 2021 menunjukkan performa yang cukup bagus. Pendapatan usaha tahun 2021 mencapai Rp 1,24 triliun, lebih tinggi dibandingkan 2020 Rp 1,08 triliun. Demikian pula laba bersih naik menjadi Rp 146 miliar, ketimbang Rp 141 miliar pada 2020. Namun total aset perusahaan pada 2021 turun menjadi Rp 1,20 triliun dari Rp 1,26 triliun.
“Total aset lebih rendah 4,88 persen dari 2020, hal ini terkait dampak relokasi pembangkit PLTD Batakan, Kalimantan Timur ke Tenau Nusa Tenggara Timur untuk mendukung pada sistem kelistrikan Timor,” ujar Ade.
Ekspansi Luar Negeri
Hebatnya lagi, PT Cogindo pada 2021 berhasil memperluas cakupan pasar hingga luar negeri. Tahun lalu, perusahaan mendapatkan proyek jasa O&M substation di Kuwait dengan kontribusi ke pendapatan mencapai 4 persen.
“Mayoritas kontribusi pendapatan masih dari PLN Grup sebesar 91 persen, kemudian pasar non-PLN Group sebesar 5 persen, dan sisanya dari overseas 4 persen,” kata Ade.
Terkait ekspansi bisnis ke Kuwait, Ade menegaskan, manajemen PT Cogindo sudah mempertimbangkan matang keputusan tersebut. Bahkan, perusahaan sudah memiliki roadmap pengembangan bisnis overseas. “jadi yang ada di Kuwait ini sebagai jangkar untuk kami berkembang di negara-negara Timur Tengah,” tuturnya.
Sebetulnya, kata Ade, sebelum ekspansi pasar Timur Tengah, PT Cogindo pada 2019 sudah menandatangani nota kesepahaman bersama atau MoU dengan PLN Vietnam untuk membangun workshop di negara tersebut. Tapi karena kondisi Covid akhirnya PLN Vietnam menunda pembangunan workshop tersebut. “Ini juga untuk mendukung visi PLN di Asean,” ucapnya.
Untuk memperkuat dukungan terhadap bisnis PT Cogindo di luar negeri, menurut Ade, peran governance, risk management, dan compliance management (GRC) sangat penting. Sebab, ada kebijakan yang berbeda antara di luar negeri dengan di dalam negeri.
Selain itu, manajemen PT Cogindo juga melihat anggaran dasar perusahaan yang berlaku saat ini masih cukup untuk memberikan fleksibilitas agar bisnis overseas bisa lebih cepat bergerak. “Ini tantangan tersendiri, kami ini kendaraan dari Indonesia Power yang diharapkan bisa leading untuk mengembangkan bisnis-bisnis yang ada di overseas,” tuturnya.
Selain Timur Tengah dan Asean, PT Cogindo sedang menjajaki pasar Timor Leste. “Ini yang mungkin peran GRC akan lebih berkembang ke arah sana karena juga legalitas dan lainnya, perhitungannya agak berbeda dengan yang ada di dalam negeri,” ujar Ade.
Di tengah kondisi pandemi covid-19, menurut Ade, perusahaan juga konsisten menjaga kinerja organisasi dan produktivitas pegawai. Tahun 2019 atau sebelum pandemi, nilai kinerja organisasi Cogindo mencapai 98,63, kemudian turun menjadi 95,83 pada 2020. Tahun 2021, nilai kinerja organisasi melonjak jadi 103,25.
Produktivitas pegawai yang diukur dari realisasi laba dibandingkan jumlah pegawai (dalam juta rupiah) juga meningkat cukup signifikan. Pada 2019, produktivitas pegawai sebesar 339,36, kemudian naik menjadi 365,79, dan tahun 2021 kembali meningkat jadi 428,6.
Untuk mendukung kinerja bisnis di masa pandemi covid-19, menutu Ade, ada beberapa strategi yang dilakukan dan terbukti cukup efektif dalam pencapaiaannya. Strategi tersebut di antaranya aggressive digital marketing dan offline marketing dengan target customer IPP, oil and gas, mining dan manufacturer. “Kami juga proaktif dalam partisipasi tender,” tuturnya.
Strategi lainnya adalah cost leadership di semua lini bisnis. PT Cogindo juga melakukan strategic partnership dengan mitra yang memiliki competitive advantage yang belum dimiliki perusahaan.
“Kami juga melakukan kolaborasi dengan local partner sebagai cost efficiency untuk meminimalisir biaya mobilisasi dalam eksekusi proyek,” tuturnya.