Jakarta, TopBusiness – Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian Keuangan menyabet dua penghargaaan dalam ajang TOP DIGITAL Awards 2022 yang digelar Kamis (15/12/2022) di Dian Ballroom, Raffles Hotel, Jakarta.
Dalam acara yang dihadiri ratusan perusahaan dan institusi terkemuka finalis TOP DIGITAL Awards 2022 ini, DJBC meraih penghargaan TOP DIGITAL Implementation 2022 # Stars 5 (Sangat Baik) dan TOP Leader on Digital Implementation 2022 yang diberikan kepada Agus Sudarmadi selaku Direktur Informasi Kepabeanan dan Cukai DJBC.
Usai menerima penghargaan tersebut, Agus Sudarmadi atas nama DJBC mengucapkan terima kasih yang setinggi tingginya kepada ItWorks selaku penyelenggara TOP DIGITAL Awards 2022 yang telah memberikan dua penghargaan tersebut.
“Penghargaan ini sangat bermanfaat bagi kami sebagai bentuk apresiasi dari eksternal stakeholder atas upaya kami menjaga dan menggawangi sistem kepabeanan Indonesia yang disebut Customs-Excise Information System and Automation (CEISA) dan juga menggawangi pengembangan ekosistem logistik yang diharapkan menjadi backbone system terkait dari arus uang, barang, dokumen dan transportasi yang ada di Indonesia yang bisa menjadi single reference dan source of data terkait logistik sebagai backbone ketahanan nasional ekonomi Indonesia,” papar Agus kepada jurnalis ItWorks dan TopBusiness, Sabtu (16/12/2022).
Agus berharap pihaknya bisa mengikuti kembali kegiatan TOP DIGITAL Awards di kesempatan mendatang, karena itu bisa menjadi bahan koreksi dan bahan penilaian bagi DJBC dalam rangka untuk terus melakukan transformasi digital di DJBC khususnya dan Kementerian Keuangan pada umumnya, serta untuk kepentingan bangsa. “Salam kolaborasi, tetap semangat. Salam luar biasa kepada ItWorks dan seluruh tim serta seluruh peraih penghargaan,” ujar Agus.
TOP DIGITAL Awards merupakan ajang penghargaan tahunan yang diselenggarakan oleh majalah It Works bekerja sama dengan Kementerian Kominfo serta beberapa asosiasi TI, Telco, teknologi digital, seperti Asosiasi Perusahaan Konsultan Telematika Indonesia (ASPEKTI), Ikatan Konsultan TI Indonesia (IKTI), dan beberapa asosiasi IT dan Telco lainnya. Tema yang diambil dalam ajang TOP DIGITAL Awards 2022 adalah “The Strategic Impact of Digital Transformation in Business & Government”.
Amankan Penerimaan Negara
Saat penjurian TOP DIGITAL Awards 2022 yang dilakukan secara daring, baru-baru ini, Agus Sudarmadi menjelaskan, transformasi digital di DJBC sebenarnya mulai dilakukan tahun 1990 melalui CFRS. Sistem IT yang digunakan saat itu adalah COBOL, penerimaan Dok. H/C. Data input saat itu hanya bisa dilakukan di lima Kantor Bea dan Cukai.
Kemudian tahun 1995, DJBC mulai menggunakan PIB (Pemberitahuan Impor Barang) DISKET, di mana data Input diganti modul importir plus disket. Pada 1997, DJBC menerapkan PIB EDII di mana disket diganti EDI (electronic data interchange) dan beberapa perubahan proses bisnis di internal DJBC
Selanjutnya pada 2003, DJBC menerapkan sistem PDE (pertukaran data elektronik) Tahap II. Ada perubahan proses bisnis serta rekonsiliasi pembayaran dengan bank.
Perubahan besar terjadi pada 2007 di mana pemerintah mengimplementasikan portal INSW atau Indonesia National Single Window. Portal ini mengintegrasikan 18 instansi dan otomasi proses perizinan di Kementerian/Lembaga.
“Yang menginisiasi dan melahirkan INSW yang menjadi backbone dari G to G ini adalah institusi Bea Cukai pada 2007,” ujar Agus Sudarmadi, Direktur Informasi Kepabeanan Bea dan Cukai DJBC dalam presentasi penjurian TOP DIGITAL Awards 2022 yang dilakukan secara daring, baru-baru ini.
Seiring dengan berkembangnya digitalisasi, kata Agus, pada 2013 DJBC mengembangkan CEISA yang berfungsi untuk Centralized, Integrated, Interconnected, dan Automated. Saat ini, fungsi dari CEISA antara lain sebagai National Forecast Strategy.
“Data dari kami digunakan untuk kepentingan penegakan hukum di seluruh sektor terkait tindak korupsi, pergerakan uang, dan bahkan terkait kejahatan pidana,” kata dia.
Kemudian, fungsi CEISA lainnya adalah National Logistic Enabler yaitu untuk membangun platform ekosistem logistik nasional. CEISA juga menjadi Smart Targeting System untuk mempromosikan Indonesia Single Risk Management yang saat ini di-attach di sistem National Single Window (NSW).
“CEISA juga berfungsi sebagai Trade Balance Analysis untuk kepentingan penyiapan macro policy dan monetary policy, fiscal policy dan lainnya dalam rangka decision process untuk pembuatan anggaran negara, terutama dari sisi belanja dan penerimaan negara, juga dari sisi finansialnya,” papar Agus.
Saat ini atau pada periode 2018-2024, DJBC mengembangkan CEISA 4.0 yang di dalamnya tidak hanya ICT tapi sudah memasukkan lagi satu unsur ‘C’ menjadi Information, Communication & Collaboration Technology (ICCT). Ini karena fungsi DJBC sebagai Enabling Digital Transformation di Kementerian Keuangan dan juga di sektor logistik Indonesia.
“Saat ini kami dipercaya untuk membuat dan mengimplementasikan platform nasional yang berfungsi sebagai agregator dan collaborator dari ekosistem logistik nasional, yang mengkolaborasikan seluruh sistem TIK (teknologi informasi dan komunikasi) terkait logistik dari government to government (G2G), government to business (G2B), dan meng-enabling business to business (B2B),” tuturnya.
Beberapa hal yang dilakukan dalam CEISA 4.0 adalah Enabling Digital Transformation yang termasuk di dalamnya penguatan SDM serta menciptakan user-engagement, memasifkan penggunaan perangkat teknologi hingga mentransformasikan proses bisnis dalam suatu environment yang berbasis modern (sistem aplikasi, infrastruktur, data, dan AI/artificial intelligent).
“Kami dengan bangga bisa mengatakan bahwa saat ini kami di institusi kepabeanan merupakan salah satu institusi yang pertama kali berani memperkenalkan, kalau di private sector sudah biasa, yakni Omni Channel dengan konsep Seamless Submission,” tutur Agus.
Menurut Agus, sistem CEISA yang dibangun ini menjadi pendorong transformasi proses bisnis yang ada di DJBC. Ia berharap ke depan tidak ada lagi dokumen-dokumen impor dan ekspor, dokumen BC20, dokumen BC30 dan seterusnya. “Tapi ke depan itu semua terintegrasi dengan pajak. Dengan berbasiskan NPWP akan bisa melihat entitas melakukan aktivitas apa dan sebagainya,” tutur dia.
DJBC saat ini memiliki 20 Kantor Wilayah, 104 KPPBC, 3 KPU BC. Sedangkan jumlah user lebih dari 15 ribu pegawai dan 20 ribu lebih pengguna jasa. “Dari sisi data mereka berada di puncak rantai data di mana keterkaitannya akan mengakibatkan ke jasa lainnya,” kata Agus.
Terkait anggaran, menurut Agus, pimpinan sangat mendukung transformasi digital di DJBC ini. Terbukti dari belanja modal CEISA 4.0 yang meningkat dari Rp 68,28 miliar pada 2021 menjadi Rp 120,87 miliar pada 2022. Demikian pula anggaran pemeliharaan TIK meningkat dari Rp 88,24 miliar menjadi Rp 145,85 miliar pada 2022 ini. Sedangkan total SDM di Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai saat ini sebanyak 136 orang.
Menurut Agus, sistem IT memegang peran yang sangat penting di DJBC, bahkan menjadi backbone dalam mengamankan penerimaan negara. Implementasi CEISA diakui berperan mengamankan penerimaan negara tahun 2021 dari Bea Masuk sebesar Rp 38,8 triliun, Bea Keluar Rp 34,5 triliun, Cukai Rp 195,46 triliun, dan PDRI (pajak dalam rangka impor) sebesar Rp 235,2 triliun. “Jadi yang kami pungut itu seperempat dari total penerimaan negara,” ucap Agus.