Jakarta, TopBusiness – Meskipun penutupan operasional tambang direncanakan baru akan dilakukan sekitar tahun 2044, PT Suprabari Mapanindo Mineral (SMM) sudah merancang strategi pengembangan masyarakat di sekitar area pascatambang.
Paling tidak ada tiga hal yang akan dilakukan PT SMM untuk pengembangan masyarakat pascatambang. Pertama adalah mendorong koperasi untuk melakukan pembinaan terhadap para petani perkebunan karet dan sawit di wilayah ring 1 tambang.
“Kami lihat potensi awal di area ring 1 berbatasan dengan perkebunan, tidak hanya karet tapi juga sekarang berkembang perkebunan sawit. Ini yang kita dorong melalui koperasi untuk melakukan pembinaan dan kita kembangkan melalui sistem plasma dengan perusahaan perkebunan sawit yang ada di sekitar,” kata Muhammad Rum, Division Head of External Partnership PT Tuah Turangga Agung (member Astra Group) dalam sesi presentasi dan wawancara penjurian TOP CSR Awards 2023 yang dilakukan secara daring, Jumat (14/4/2023).
Hadir dalam penjurian ini antara lain Dindin Suryadin (Corporate Social Responsibility Dept Head PT SMM). PT Tuah Turangga Agung atau Turangga Resources merupakan induk perusahaan PT SMM.
PT Suprabari Mapanindo Mineral merupakan perusahaan tambang batubara generasi ke- III yang berdiri pada 1993. Perusahaan ini memiliki izin Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara (PKP2B) dengan luas 23.940 Hektare berlokasi di Desa Lemo-Pendreh, Kecamatan Teweh Tengah, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Berdasarkan data perusahaan, produksi batubara perseroan terus meningkat . Tahun 2022, produksi batubara PT SMM mencapai sekitar 50 juta ton dan ke depan akan terus meningkat, puncaknya diperkirakan pada periode 2032-2035 dengan volume produksi 70 juta ton, setelahnya akan menurun dan diperkirakan habis pada 2044.
Selain pembinaan petani karet dan sawit, menurut Rum, PT SMM juga berencana mengembangkan peternakan terintegratif di area ring 1 tambang. “Kita kembangkan juga koperasi untuk peternakan. Ini tentunya bisa secara masif mengembangkan ekonomi masyarakat di area ring 1,” kata dia.
Upaya ketiga adalah mengembangkan aktivitas perdagangan di sepanjang Sungai Barito guna mendukung peningkatan ekonomi masyarakat Dayak Bakumpai yang selama ini mengandalkan perdagangan lewat sungai.
“Masyarakat Dayak di sekitar area tambang merupakan Dayak Bakumpai yang terbiasa dengan aktivitas perdagangan di sepanjang Sungai Barito, bukan Dayak pegunungan. Jadi itu yang akan kami lakukan untuk mendukung ekonomi masyarakat pascatambang,” tutur Muhammad Rum.
Dindin Suryadin menambahkan, PT SMM masih punya waktu hingga masyarakat sekitar tambang menjadi mandiri setelah perusahaan mengakhir operasional tambang. Perusahaan menargetkan masyarakat mandiri atau tidak tergantung pada operasional tambang pada 2037.
“Jadi sebelum mereka mandiri atau kita pergi dari tempat ini, kami akan edukasi kepada masyarakat,” tutur Dindin.
Selama ini, kata Dindin, banyak di antara masyarakat lokal bekerja di PT SMM dengan pendapatan yang layak, bahkan lebih besar dibandingkan yang lain. Untuk mengatur keuangan mereka, PT SMM melakukan pembinaan agar mereka tidak tergantung ke perusahaan. “Termasuk yang dari luar kami arahkan agar menggunakan uangnya dengan bijak,” kata dia.
Dindin menegaskan bahwa PT SMM tidak menghendaki apa yg terjadi di tempat lain, di mana daerah pascatambang menjadi kota mati, itu tidak terjadi di area perusahaan. Terlebih, kata dia, area tambang PT SMM tidak berada di tengah hutan, tapi dekat dengan Desa Lemo 1 dan Lemo 2 dengan jarak maksimal sekitar 1 jam perjalanan.
“Artinya kami tidak membangun desa baru, tapi melengkapi desa yang sudah ada dengan fasilitas yang belum ada, sehingga menjadi desa atau kota yang lebih baik. Jadi sebelum kami beroperasi mereka sudah ada, kami yakin ketika kami keluar, mereka tidak akan terlalu bergantung ke kami, artinya tidak akan berdampak banyak ketika kami keluar,” ujar dia.
Menurut Dindin, PT SMM selama ini juga sudah melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar tambang melalui Koperasi Parajakian. Koperasi ini menjadi lembaga yang menaungi semua aktifitas program ekonomi. Pengembagnan koperasi ini juga menjadi salah satu Program CSR unggulan PT SMM.
“Program koperasi ini berdasar pada kemudahan, memiliki nilai ekonomi tinggi dan turut serta menjaga content lokal,” kata dia.
Unit usaha Koperasi Parajakian adalah budidaya madu kalulut yang berlokasi di Desa Lemo1. Sebelum ada pendamping dari PT SMM, Koperasi ini kondisinya kurang sehat karena adanya berbagai masalah terkait tata kelola, keuangan, dan permodalan.
Selanjutnya PT SMM memberikan bantuan dan pendampingan, termasuk juga dengan mengikutkan pengurus koperasi dalam kegiatan pelatihan terkait manajemen koperasi. PT SMM juga mengadakan kegiatan pelatihan dan klinik budidaya madu yang diikuti 45 UMKM binaan dan anggota Koperasi Parajakian.
Menurut Dindin, koperasi ini selain menyelesaikan masalah ekonomi masyarakat sekitar tambang, juga mendukung keberlanjutan bisnis PT SMM. “Beberapa orang yang selama ini jadi trouble maker karena beberapa kali melakukan penyetopan operasional tambang terkait masalah tenaga kerja, lalu kami tawarkan sebagai anggota koperasi dan ini menciptakan ekonomi baru di luar perusahaan. Karena dari segi kompetensi mereka tidak memungkinan masuk dalam area kami, akhirnya terbukti close time kami saat ini menurun,” tutur Dindin.
Saat ini, Koperasi Parajakian beranggota 64 orang dengan rincian 60 orang anggota berasal dari masyarakat ring 1 tambang.
Program CSR unggulan lainnya adalah perawatan jalan yang menghubungkan banyak desa di dua kabupaten, Barito Utara dan Kapuas. Jalan sepanjang 80 Km ini sekaligus menjadi akses In-out dalam mengirimkan material ke area perusahaan. “Kami sediakan unit khusus untuk melakukan perawatan jalan tersebut,” kata Dindin.