Jakarta, TopBusiness – PT Bank Pembangunan Daerah Bengkulu atau Bank Bengkulu mempunyai cara tersendiri dan terbilang unik untuk memberikan makna tersendiri atas visi perusahaan melalui pengimplementasian program-program tanggung-jawab sosial (corporate social responsibility/CSR).
Selanjutnya, program CSR Bank Bengkulu merupakan sarana untuk mendorong strategi bisnis berkelanjutan perusahaan.
Sebagai perusahaan yang bergerak di industri jasa perbankan, peran Bank Bengkulu untuk memberikan pendidikan di bidang transaksi keuangan melalui literasi dan inklusi keuangan dengan didasari program CSR adalah kunci pembukanya.
Saat memberikan pemaparan materi presentasi bertema ““BABE PEDULI DENGAN SINERGITAS MENUJU DIGITALISASI UNTUK BISNIS BERKELANJUTAN DAN BERKESEIMBANGAN”, Roby Wijaya, sebagai Pemimpin Divisi Corporate Secretary Bank Bengkulu di hadapan Dewan Juri TOP CSR Awards 2023, menceritakan soal rencana awal dari almarhum Dirut Ahmad Irfan yang mempunyai niat untuk mengubah visi dan misi perusahaan.
“Jadi kita bicara dahulu visi dan misi. Sebenarnya di jaman almarhum akan sedikit kita rubah. Almarhum sudah membangun dan melebarkan sayap Bank Bengkulu. Dia sudah minta saya di tahun kemarin, untuk mengajukan memo perubahan logo dan corporate color, istilahnya. Tapi sementara ini kami tampilkan yang lama dahulu, karena belum sempat dan keburu kejadiannya seperti ini,” kata dia, di Jakarta, Kamis (25/05/2023).
Lalu Roby melanjutkan terkait visi perusahaan. Untuk visi Bank Bengkulu, lanjut dia, mungkin sudah agak mirip-mirip dengan bank lain. Visinya menjadikan Bank yang berkinerja tinggi dan menciptakan nilai tambah bagi masyarakat.
Roby kemudian mengkritisi soal maksud kata nilai tambah di visi Bank Bengkulu yang masih diartikan hanya sebagai program CSR dari perusahaan saja. “Nah kebetulan di Bengkulu, ‘nilai tambah’ itu. Mana CSR-nya Bank Bengkulu? Masyarakat sering bertanya seperti itu, padahal ‘kan nilai tambah itu banyak. Salah satunya, edukasi. Pembelajaran tentang bagaimana cara meminjam, bagaimana sih cara menyiasati dana pinjaman ini, bagaimana sih menyiasati angsuran dan pola manajemennya. Tapi masyarakat kami kadang-kadang menganggap bahwa nilai tambah itu, CSR,” papar dia.
Namun begitu bagi Roby, justru penilaian atas kata nilai tambah di dalam visi perusahaan yang dipandang berbeda karena hanya menyangkut program CSR dari stakeholders pada dasarnya merupakan alat untuk lebih menciptakan inovasi dan kreasi, sekaligus memperkenalkan brand dan produk perusahaan.
“Selagi saya Kepala Cabang, saya cuma mengeluarkan dana CSR dua kali, selebihnya saya iklan promosi. Tapi, masyarakat menganggap itulah CSR. Ini sebenarnya ada senjata khusus di bidang perbankan itu di dalam berbisnis, seharusnya bisa dimanfaatkan. Yang sering dibilang terus itu, menciptakan nilai tambah bagi masyarakat,” ungkap dia.
Roby kemudian menyatakan misi Bank Bengkulu. Dirinya mengatakan bahwa perusahaan memiliki misi yaitu masih ingin mengelola dan mengembangkan bank secara profesional, sehat, dinamis dan kompetitif sehingga memberi kontribusi kepada pemegang saham, pengelola dan masyarakat.
Kemudian misi kami yang kedua, menurut Roby, yaitu penggerak pembangunan dan sebagai tuan rumah di daerah sendiri dengan senantiasa memberikan pelayanan yang terbaik, simpatik, ramah serta memuaskan kepada masyarakat.