Jakarta, TopBusiness – Ekspansi digitalisasi saat ini sudah kian canggih saja. Bahkan sudah mengarah ke pengembangan teknologi kecerdasan buatan artificial intelligence (AI). Beberapa sektor industri pun sudah mencoba menggunakan peran AI ini.
AI sendiri merupakan teknologi yang dirancang untuk membuat sistem komputer mampu meniru kemampuan intelektual manusia. Beberapa perusahaan sudah banyak mencoba peran AI ini untuk memainkan peran manusia. Meski begitu tetap sesuai kebutuhannya, yakni mencari solusi dari hal-hal yang tak bisa dilakukan manusia.
Namun agar tidak menjadi masalah ke depannya, menjadi tugas pemerintah untuk mengambilalih dari sisi regulasinya supaya tidak berdampak negative. Demikian hasil dari diskusi yang digagas oleh PT WIR Asia Tbk (WIR Group, IDX: WIRG) dengan tema ‘Menilik Peluang Industri AI Untuk Masa Depan Transformasi Digital Indonesia’, di Jakarta, Kamis (10/8/2023).
“Dengan melihat segala kondisi yang ada, kami meyakini bahwa perkembangan AI tidak bisa lagi dihindari. Tinggal tantangannya adalah bagaimana kita mengarahkan perkembangan itu agar sesuai dengan kebutuhan (manusia), bukan justru mereduksi (peran manusia),” ujar Head of Blockchain Solutions Nusameta, Aldi Raharja, dalam diskusi yang digagas oleh PT WIR Asia Tbk (WIR Group), Kamis (11/8/2023).
Kata Aldi, perkembangan teknologi AI merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya mendorong transformasi digital di Indonesia. Dalam menentukan arah pengembangan AI tersebut, menurut Aldi, semua pihak tanpa terkecuali memiliki peran sekaligus tanggung jawab masing-masing.
Misalnya saja pelaku industri dan dunia usaha yang dapat memberikan arahan dan pemetaan masalah yang selama ini mereka temui di lapangan. Dari sana, keberadaan AI dapat didorong sebagai solusi dari berbagai masalah tersebut.
Selanjutnya, pelaku ekonomi dan industri keuangan yang dinilai Aldi dapat turut membantu dalam menemukan benang merah dan relasi mutualisme antara pengembangan AI secara teknis dengan potensi bisnis yang tersedia.
“Dan yang paling penting, menurut kami, adalah peran pemerintah dalam upaya (pengembangan AI) ini. Kenapa? Karena mereka berada di ranah regulasi. Seberapa luas ide (pengembangan) yang ada, harus comply dengan seluruh rules yang ada,” jelasnya.
Sebagai bagian dari ekosistem pelaku teknologi sekaligus praktisi AI, Aldi menilai bahwa ide pengembangan bisa berkembang ke mana saja dan seluas-luasnya.
Karenanya, dibutuhkan batasan-batasan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, termasuk juga untuk menjaga nilai etik dan kemanusiaan, agar upaya pengembangan AI tidak sampai kebablasan sebagaimana yang selama ini dikhawatirkan.
“Maka dari rules itu tadi lah, kita sebagai praktisi di industri (AI) dapat tetap on track dalam melakukan (pengembangan) itu. Jadi tidak sampai offside seperti ketakutan banyak pihak,” tutup Aldi.