Jakarta, TopBusiness – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengungkapkan, inflasi kesehatan masih perlu diperhatikan sebagai salah satu hal yang mendongkrak klaim asuransi kesehatan di tahun ini.
Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengungkapkan, klaim kesehatan pada 2024 cenderung akan meningkat. “Data kami menunjukkan beberapa negara lain memiliki inflasi medis yang lebih tinggi dari inflasi nasional, ini bukan Indonesia saja, di banyak negara,” kata dia dalam Outlook Industri Asuransi Jiwa dan Ekonomi Tahun 2024, Kamis (25/1/2024).
Ia menjelaskan, ketika klaim kesehatan terus meningkat setiap tahunnya, biaya premi dapat turut terkerek.
Ia menambahkan, berbagai pihak termasuk pemberi kerja perlu memikirkan hal tersebut sebelum nantinya biaya kesehatan karyawan membengkak. “Lama-lama biaya kesehatan akan dominan daripada gaji, itu yang harus dipikirkan oleh banyak pihak sebelum nanti lebih tinggi,” tegas Budi.
Lebih lanjut, Budi mengingatkan, masalah dapat terjadi kalau pertumbuhan premi berada di bawah pertumbuhan klaim asuransi kesehatan.
“Kalau untuk setahun dua tahun it’s oke, kalau terjadi selama banyak tahun ini sunggh menjadi masalah yang patut dicermati semua pihak,” jelas Budi.
Sedikit catatan, inflasi medis telah mengkerek tingkat klaim asuransi kesehatan.
AAJI melaporkan, klaim kesehatan yang dibayarkan industri asuransi jiwa sebesar Rp 4,60 triliun pada kuartal I-2023.
Angka tersebut tumbuh 38,6 persen secara tahunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,32 triliun.
Sebelumnya, riset Mercer Marsh Benefits (MMB) dalam Health Trends 2023 menyebut, Medical Trend Rate atau biaya kesehatan di Indonesia diproyeksikan meningkat hingga 13,6 persen di 2023.
Prediksi biaya kesehatan di Indonesia ini lebih tinggi dari proyeksi Asia di 11,5 persen, juga melebihi inflasi keuangan Indonesia pada 2022 sebesar 5,5 persen.