Jakarta, TopBusiness – PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry merupakan salah satu perusahaan yang beroperasi dibawah brand Asia Pulp & Paper (APP) Sinar Mas, yang berada di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Prov. Jambi. Perusahaan memulai produksi komersial tahun 1994, berupa bubur kertas (pulp), tissue jumbo roll, dan chemical.
Dalam menjalankan operasional dan produksinya, perusahaan selalu mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan. Komitmen akan keberlanjutan ini juga menjadi bagian dari visi-misi perusahaan. Di mana perusahaan bertekad tidak hanya dapat menghasilkan capaian kinerja yang menguntungkan namun juga dapat mewujudkan nilai manfaat bersama bagi semua stakeholders terkait mulai dări pemegang saham, karyawan, lingkungan dan juga masyarakat.
Publik Affair and CSR PT Lontar Papyrus Pulp & Papper, Putra Hadi mengatakan dalam upaya mencapai tujuan keberlanjutan tersebut perusahaan telah menyusun APP Sustainability Roadmap Vision (SRV) 2030 yang didalamnya terangkum mulai dari strategi dan tata kelola keberlanjutan hingga berbagai inisiatif program tanggung jawab sosial (Corporate Social Responsibility/CSR) yang berorientasi pada tiga pilar yakni produksi, pengelolaan hutan dan sumber daya manusia.
“Melalui produksi berkelanjutan kami bertekad untuk melakukan pengurangan karbon hingga 30% dengan cara meminimalisasi limbah dan produksi. Kemudian pengelolaan hutan kita melakukan konservasi hutan hingga lebih dari setengah juta hektar dan untuk sumber daya manusia kita ingin agar perusahaan Punya peran untuk juga membantu meningkatkan taraf hidup orang banyak mulai dări karyawan hingga masyarakat,” kata Putra Hadi dalam wawancara penjurian Top CSR Awards 2024 yang diselenggarakan Majalah Top Business secara daring beberapa waktu lalu.
Terapkan Produksi Berkelanjutan
Putra Hadi mengatakan komitmen perusahaan untuk membangun bisnis yang berkelanjutan dimulai dengan melaksanakan produksi yang berkelanjutan. Dimana, sebagai perusahaan dengan produksi bubur kertas, tissue jumbo roll dan chemical, PT Lontar Papyrus menerapkan produksi dengan sistem siklus atau Cycle Crafting Papping Process.
“Jadi produk kami itu kan bubur kertas LBKP atau bubur kertas serat pendek dan tisu jumbo roll dalam bentuk 4 tipe produksinya. Bubur kertas ini kami produksi dengan sistem siklus dimana prosesnya terintegrasi dari bahan baku chemical, supporting, energi maupun produk-produk akhir yang selalu berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga ini menjadi satu kesatuan,” kata Putra.
Putra menjelaskan proses produksi siklus ini dimulai dengan mengolah bahan baku utama produksi yakni kayu. Untuk mendapatkan kayu sebagai bahan baku tersebut PT Lontar Papyrus di support dari PT Wirakarya Sakti, yang merupakan anak usaha yang khusus memproduksi kayu log.
“Kayu log ini kemudian diolah di wood preparation kami lalu menghasilkan produk bubur kertas. Bubur kertas nanti akan menghasilkan produk turunan tisu setelah diolah di mesin tissue mill kami. Dari proses tersebut saat menghasilkan bubur kertas dan proses di wood preparation kita akan menghasilkan limbah kulit kayu dalam bentuk biomassa ” ujar Putra
“Nah kulit kayu biomassa ini bisa untuk dimanfaatkan pada dua hal Pertama sebagai bahan bakar di boiler di power plant kami dan juga bisa untuk pembuatan kompos atau ameliorant untuk dipakai di HTI/Forestry. Setiap bulannya kita kirim kompos ameliorant ini lebih kurang 3 ribu ton ke anak usaha PT Wirakarya Sakti untuk proses penanaman di hutan,” sambung dia.
Ia menambahkan karena bubur kertas yang dihasilkan perusahaan dari proses pengolahan di wood preparation merupakan bubur kertas chemical, limbah yang dihasilkan tidak hanya berupa limbah padat seperti kulit kayu biomassa tadi. Namun juga menghasilkan limbah cair bernama heavy black liquor.
“Heavy black liquor ini merupakan biomassa cair dengan kandungan lignin. Dimana lignin berkomposisi sekitar 40% yang berada di dalam kayu. Black Liquor dari proses recovery chemical ini selain kita bisa manfaatkan sebagai bahan bakar recovery boiler, juga kita bisa manfaatkan sebagai pembangkit energi listrik. Dimana berdasarkan kalkulasi kita akan menghasilkan banyak energi listrik sekitar 12.000 KWH per hektar dari tanaman kayu per tahunnya,” papar Putra.
Selain menghasilkan black liquor, proses pembuatan bubur kertas (pulp) ini juga mengahsilkan bahan kimia lainnya seperti karbon sioksida (CO2) dan oksigen.
“CO2 dan oksigen ini digunakan untuk mendegradasi cip atau kayu untuk menghasilkan serat fiber atau serat selulosa dan saat memproduksi itu kita menghasilkan chemical lain yaitu adalah oksigen dan nitrogen. Oksigen dan nitrogen ini kita memanfaatkannya juga untuk program-program CSV di mana akan dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar,” terang dia.
Dengan demikian, kata Putra, proses produksi bubur kertas dan tisu yang kita lakukan menghasilkan banyak nilai tambah yang mendukung keberlanjutan bisnis. Dimana tak hanya perusahaan yang mendapat Nilai keuntungan tapi juga bermanfaat untuk lingkungan, sosial dan masyarakat.
“Jadi dengan kita gunakan proses di industri pulp kita akan banyak nilai tambah yang didapatkan. Pastinya pulpnya akan dapat, chemical juga dapat kulit kayu untuk energi dan getah kayu untuk energi juga. Dan seandainya getah kayu itu kita buang ke lingkungan tentu tidak akan baik terhadap lingkungan kita. Makanya kulit kayu ini kita manfaatkan sebagai pembangkit listrik di recovery boiler,” jelas Putra.
Editor: Nurdian