Jakarta, TopBusiness – Sebelum mengimplementasikan program-program tanggung-jawab sosial dan lingkungan atau TJSL, PT Migas Hulu Jabar ONWJ atau MHJ ONJW melakukan pemetaan sosial (social mapping). Itu dilakukan agar program tepat sasaran dan tepat guna.
Selain, perusahaan juga menggandeng pihak ketiga agar kebijakan dan strategi TJSL benar-benar bisa dirasakan oleh para penerima manfaat.
Saat sesi tanya-jawab atau pendalaman materi presentasi bertema Program TJSL PT Migas Hulu Jabar ONWJ, Direktur Operasional, Edi Alpian Chaniago, menyinggung soal pentingnya social mapping dalam menetapkan sebuah program TJSL atau tanggung-jawab sosial perusahaan (CSR).
“Baik. Sebelum kami membuat program-program TJSL atau CSR, kami terlebih dahulu melakukan social mapping. Kami menggunakan atau menggandeng pihak lain atau ketiga yaitu untuk melakukan social mapping, di area wilayah kerja,” kata Edi, di hadapan Dewan Juri TOP CSR Awards 2024, melalui aplikasi rapat zoom, di Jakarta, hari ini.
Dalam pandangan dia, social mapping itu tidak saja melihat dari kondisi-kondisi wilayah setempat, tapi lebih dari itu. Karena bisa mencerminkan kondisi riil sehingga bisa dapat segera dicarikan kebijakan dan program CSR yang tepat.
“Kira-kira apa yang bisa kita bantu dari MHJ, tapi juga melihat faktor-faktor lingkungan yang ada di daerah tersebut. Sehingga program yang kami lakukan kepada masyarakat sekitar atau TJSL itu tepat sasaran, dan tepat guna,” kata dia.
Jadi, menurut Edi, kalau misalnya di daerah Indramayu, mungkin kebutuhannya berbeda dengan daerah Subang. Di Indramayu, itu lebih kepada untuk kegiatan UMKM. Karena memang di sana, masyarakatnya lebih banyak yang melakukan untuk kerja di luar negeri menjadi TKI.
“Tapi kalau di daerah Subang, mungkin dari sisi abrasinya yang diperlukan lagi, yaitu lingkungan. Beda juga dengan daerah Karawang. Jadi, social mapping yang kami lakukan melalui mitra kami, itu untuk menginisiasi, mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan apa saja yang bisa kami bantu melalui program CSR kepada masyarakat dan lingkungannya,” papar Edi.
Dikatakannya, dalam operasi wilayah kerja sudah dapat dipastikan terdapat dampak. Karena itu, program CSR diimplementasikan dengan berkolaborasi dengan mitra, dalam hal ini PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
“Tentunya dari operasi yang kami lakukan melalui PHE ONWJ, ini mempunyai dampak. Itu tentunya pasti ada, yaitu adanya sumur-sumur yang ada di lepas pantai, akan berdampak pada masyarakat atau nelayan setempat. Sehingga, ada beberapa program dan kami mengelaborasikan dengan PHE ONWJ sebagai penerima 90 persen. Itu kami elaborasikan untuk kebutuhan para nelayan, baik itu dari sisi pemberian untuk pendidikan para UMKM, maupun bantuan sarana-prasarana UMKM, alat untuk peralatan perahu, jaring dan lain-lain,” urai dia.
Dia menilai, pihaknya terbantu dengan informasi-informasi yang diberikan oleh masyarakat dan stakeholder dalam rangka mengetahui dampak dari keberadaan perusahaan. “Salah satu yang kami lakukan selama ini adalah saudara-saudara kita, atau para nelayan yang kita berikan benefit-benefit tertentu melalui program CSR. Itu sangat membantu memberikan informasi-informasi kepada kami terkait dengan apabila ada dampak-dampak. Misalnya, ada tumpahan minyak dan lain-lain. Itu menjadi informasi-informasi yang mereka sampaikan kepada kami,” pungkas dia.