Jakarta, TopBusiness – PT Indonesia Comnet Plus (PLN Icon Plus) telah menyelesaikan sesi penjurian TOP GRC Awards 2024 yang digelar majalah TopBusiness secara virtual pada Rabu (19/6/2024) lalu. Hadir memberikan paparan Heni Utari Ambarwati, selaku Sekretaris Perusahaan, di PLN Icon Plus.
Strategi dan Kinerja Bisnis
Seperti dijelaskan Heni, PLN Icon Plus merupakan sub-holding dari PT PLN dan merupakan satu-satunya Sub-Holding yang bergerak di luar bisnis ketenagalistrikan.
“Kami fokus (di) bisnis Beyond kWh yang memiliki hak eksklusif untuk memanfaatkan aset milik PLN. Kami memang ditugaskan PLN untuk meng-create new business melalui optimalisasi aset milik PLN,” ujar Heni.
“Eksekusi Bisnis Beyond kWh untuk sustainable growth, penguatan finansial dan support ESG initiative dalam rangka peningkatan value creation bagi PLN Group. PLN Icon Plus juga telah menambahkan ESG, GCG dan TJSL dalam target korporat, maka setiap keputusan bisnis dan setiap proses harus selalu memperhatikan aspek ESG,” sambungnya.
Lebih lanjut dikatakan Heni bahwasanya PLN Icon Plus mengintegrasikan semua, baik itu yang saat ini menjadi top mind layanan retail dan PV Solutions, yaitu Moonshot Execution (dari 24 Moonshot Execution) yang diturunkan dari BUMN ke PLN, perusahaan mendapatkan empat penugasan, yaitu FTTH Scale-up, Content Streaming, PV Rooftop, dan EV Ecosystem.
“Jadi, kami sudah mengintegrasikan seluruh proses bisnis dengan memperhatikan sustainability-nya,” tandasnya.
Bicara soal kinerja perusahaan, dalam paparannya Heni mengatakan bahwa ringkasan keuangan PLN Icon Plus mulai dari tahun 2019 hingga tahun 2023 secara revenue perusahaan terus mengalami pertumbuhan.
“Di tahun 2019 (pendapatannya) mulai Rp2,5 (triliun), kemudian 3,1 triliun (2020), 3,5 triliun (2021), 4 triliun (2022), sampai 2023 kemarin di 5,363 triliun, bertumbuh terus dengan variasi tumbuh, namun semua di atas rata-rata pertumbuhan industri. Demikian juga di tahun 2023 kita tumbuh 33%, sementara pertumbuhan industri hanya 5%,” jelasnya.
Implementasi GRC
Seiring peran perusahaan sebagai penyedia solusi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terkemuka di Indonesia, PLN Icon Plus tak mengenyampingkan pentingnya implementasi GRC (Governance, Risk, Compliance).
Ini bisa dilihat dari berbagai aspek, misalnya dari struktur organisasi, PLN Icon Plus telah memiliki perangkat-perangkat ataupun business process owner yang memang melakukan, mengimplementasikan, ataupun sebagai BPO-nya GRC, yaitu Bidang Legal, Manajemen Risiko dan Kepatuhan, seperti di sekretaris perusahaan, satuan pengawasan intern, Bidang Manajemen Digital dan Bidang Pemasaran.
“Ini adalah keseriusan manajemen terkait GRC, ESG, dan SDGs, termasuk di situ TJSL di mana TJSL dan ESG, ataupun maturity level sustainability itu menjadi KPI bersama. Jadi, kalau hal tersebut tidak perform/tidak tercapai, artinya seluruh nilai KPI perusahaan akan jelek,” ungkap Heni.
PLN Icon Plus juga telah memiliki roadmap terkait ESG, Sustainibilty Business perusahaan, yang ditetapkan untuk mendukung rencana implementasi konteks yang berkelanjutan, dan juga telah dituangkan di dalam framework ESG, serta diterjemahkan dalam kebijakan, strategi dan roadmap 2024-2030.
Kembali ke soal struktur organisasi terkait GRC, seperti dijelaskan Heni, bidang yang mengelola fungsi manajemen risiko memastikan bahwa seluruh kegiatan korporasi, proses bisnis itu harus memperhatikan GRC-nya. “Apalagi bisnis di kami harus benar-benar memperhatikan GRC,” jelasnya.
Tidak hanya itu GRC juga diterapkan pada bidang lain, seperti bidang yang mengelola fungsi hukum, bidang yang mengelola kepatuhan, bidang yang mengelola fungsi audit, sekretaris perusahaan dan BPO-BPO terkait, serta bidang pendukung lainnya.
“Tidak ada satu pun bidang di PLN Icon Plus yang tidak mengimplementasikan GRC, karena GRC memang betul-betul sangat menjadi komitmen perangkat BOD (Board of Director), Board of Commisioners, kemudian juga seluruh Iconers,” papar Heni.
Lebih lanjut mengenai penerapan GCG (Good Corporate Governance), Heni menegaskan bahwa perusahaan telah mengimplementasikan hal tersebut melalui COS (Compliance Online System) dan WBS (Whistle Blowing System). Apiknya, semua proses bisnis perusahaan untuk mendukung compliance-nya juga telah didigitalisasi. Tak hal hal tersebut pun berimbas pada skor GCG perusahaan yang terus mengalmi peningkatan. Di mana pada tahun 2023, perusahaan berhasil meraih skor GCG 93,3%.
Menyinggung soal penerapan Manajemen Risiko, dalam hal ini, PLN Icon Plus memiliki sejumlah regulasi mulai dari Statement of Corporate Intent; Peraturan Direksi PT Indonesia Comnets Plus terkait manajemen risiko; Piagam Komite Manajemen Risiko, Nominasi dan Remunerasi; Keputusan Direksi terkait Penetapan Risk Appetite, Risk Tolerance dan Risk Taxonomy PLN Icon Plus; Edaran Direksi PT Indonesia Comnets Plus terkait Standar Prosedur Implementasi Model Tiga Lini (Three Lines Of Model) Dalam Manajemen Risiko Terintegrasi dan Four Eyes Principle (4EP); kemudian Edaran Direksi PLN Icon Plus tentang Standar Prosedur Pedoman Umum Manajemen Risiko Terintegrasi.
Tidak ketinggalan, masih terkait penerapan manajeman risiko, PLN Icon Plus juga telah menerapkan ISO 31000 Risk Management. “Sehingga untuk Risk Maturity Level di tahun 2021 itu 2,91 skornya, di tahun 2022 naik ke 3,59, di semester I tahun 2023 lalu itu 3,80, dan di tahun 2023 semester II sebesar 3,91. Alhamdulillah terus meningkat,” ungkap Heni.
Sejurus dengan itu, PLN Icon Plus juga telah mengimplementasikan Manajemen Kepatuhan. Beberapa Kriteria keberhasilan implementasi kepatuhan di PLN Icon Plus, dapat terukur melalui:
- Pemenuhan Pakta Integritasi Individu dan Surat Pernyataan Pasangan .
- Pemenuhan pelaporan LHKPN oleh PNWL PLN Icon Plus secara tepat waktu.
- Tercapainya Skor GCG dengan rentang kriteria “Sangat Baik”.
- Konfirmasi atas ada/tidaknya kejadian gratifikasi yang dilaporkan oleh pegawai melalui aplikasi Compliance Online System (COS) .
- Pemenuhan ulasan GRC sesuai SLA.
- Pemenuhan Compliance To Regulation (CTR) di setiap proses bisnis
“Dan (masih dari) implementasi (manajemen kepatuhan) kami sudah mengimplementasikan SNI ISO 37001 : 2016 tentang Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP),” tutup Heni.