Jakarta, TopBusiness – Sebagai Badan Pengelola untuk menjadi Bus Management Company, Transjakarta yang didirikan pada tahun 2004 banyak mencatatkan kinerja yang luar biasa. Misalnya saja terkait peningkatan produktivitas operasional. Seperti terkait peningkatan Rute, Armada, jumlah Kilometer, Halte Revitalisasi, Pelanggan, dan Pendapatan Tiket.
Rute pada tahun 2022 tercatat sebanyak 230, tahun 2023 naik menjadi 246, atau terjadi peningkatan sebesar 7,0%. Armada tahun 2022 sebanyak 3.751, tahun 2023 naik menjadi 4.355, atau meningkat 16,1%. Kilometer tahun 2022 dicatat sebesar 224 juta, tahun 2023 naik menjadi 261 juta, atau meningkat 16,4%.
Halte Revitalisasi tahun 2022 dicatat sebanyak 14, tahun 2023 naik menjadi 39, atau terjadi peningkatan sebesar 2,8 kali. Pelanggan tahun 2023 dicatat sebanyak 284,9 juta pelanggan. Jumlah ini naik 48,8% dari tahun sebelumnya.
Demikian pula Pendapatan Tiket tahun 2023 dicatat sebesar Rp521 milyar. Jumlah ini naik 31,1% dari tahun sebelumnya. Menariknya lagi, semua berlangsung dengan nilai subsidi 2023 yang relatif sama yaitu sebesar Rp3,26 triliun. Subsidi ini hanya naik 1,3% dari tahun sebelumnya atau tahun 2022.
Selain itu, Transjakarta sebagai sistem BRT terbesar di dunia dengan panjang koridor sebesar 409 km, juga mencatatkan kinerja GCG yang mumpuni. Tahun 2022, GCG Transjakarta dicatat memiliki skor 84,42% berdasar Assessment Eksternal yaitu dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Sementara itu pada tahun 2023, GCG Transjakarta dicatat memiliki skor 87,51% berdasar Self Assessment dari Tim Pelaksana Self Assessment Penerapan GCG Transjakarta.
Menurut Direktur Utama PT Transportasi Jakarta Welfizon Yuza dalam Penjurian TOP GRC 2024, semua capaian tersebut karena perusahaan berhasil mengimplementasikan Governance, Risk, dan Compliance (GRC). Baik pada kebijakan eksternal dan internal.
Pada kebijakan eksternal, perusahaan menerapkan Manajemen Risiko dalam pembuatan Rencana Bisnis dan RKA Perusahaan pada Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 127 tahun 2019.
Sementara itu pada kebijakan internal, perusahaan berhasil menghadirkan Kebijakan Manajemen Risiko: Kepdir 403/SKP-PT.TJ/XII/2023, Pedoman Manajemen Risiko: Kepdir 404/SKP-PT.TJ/XII/2023, dan Kriteria Risiko: Kepdir 405/SKP-PT.TJ/XII/2023.
Perusahaan bahkan juga telah menerapkan ISO 31000 tentang Risk Management. Di mana karenanya, manajemen risiko telah menjadi budaya organisasi serta kebijakan manajemen risiko berhasil diselaraskan dengan visi, misi, dan tujuan perusahaan.
Selain itu selalu membangun kerangka kerja untuk pengelolaan risiko yang efektif. Dan terakhir, aktif memantau serta meninjau risiko dan efektivitas tindakan penanganan risiko.
Dengan keberhasilan dalam mengimplementasikan GRC pula, maka Top Risk Perusahaan (Risiko Tertinggi Perusahaan) dapat dihilangkan. Top Risk Perusahaan adalah Keterlambatan pencairan termin PSO, Kecelakaan armada pada saat beroperasi yang menimbulkan korban jiwa, Penurunan reputasi Perusahaan karena ketidakmampuan dalam merespons dan menyelesaikan keluhan pelanggan, Kekosongan SDM untuk posisi strategis dalam waktu yang lama, dan Ketidaksesuaian pengembangan IT dengan perencanaan (master plan) serta kebutuhan layanan dan operasi.
Transjakarta bahkan kemudian juga telah berhasil menghadirkan Program Kebijakan Keberlanjutan Transjakarta melalui Bersih, Berdaya, dan Bestari. Dalam program Bersih sebagai misalnya, Transjakarta berhasil menanam pohon dan mangrove sebanyak 29.836 selama Juli 2023 sampai Juni 2024. Program ini berpotensi menyerap 967 ton CO2e.
Transjakarta juga berhasil mengoperasikan 100 bus listrik selama tahun 2023. Pengoperasian ini dicatat mampu mereduksi emisi 4.618 ton CO2e.
Editor: Busthomi