Jakarta, TopBusiness – Manajemen PT Perta Life Insurance atau PertaLife telah melakukan pembenahan melalui pengimplementasian governance, risk management and compliance (GRC). Ini semua dilakukan agar semakin meningkat kepercayaan nasabah, dan pemangku kepentingan.
Saat memberikan pernyataan pembuka pada acara penjurian TOP GRC Awards 2024, Direktur Utama Hanindio W. Hadi dengan panggilan akrab Ludi menceritakan soal pengalamannya dalam mentransformasi perusahaan dengan dukungan tata kelola, manajemen risiko dan kepatuhan.
“Kita memulai proses transformasi. Memang benar, dulu namanya PT Asuransi Jiwa Tugu Mandiri. Dalam proses perjalanan 35 tahun, Tugu Mandiri ini memang berjalan secara normatif saja. Tapi sejak 2020, kami bergabung. Jadi, ditugaskan untuk melakukan perombakan besar termasuk the real tracks transformation dalam arti pembenahan proses bisnis, manusia, kemudian produk-produknya,” ungkap Ludi, di hadapan Dewan Juri TOP GRC Awards 2024, melalui aplikasi rapat zoom di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan, memang dalam kurun 2020-2024 ini, top manajemen melakukan banyak pembenahan termasuk dalam hal SOP. “Itu ada sekitar 61 SOP baru kita buat untuk melengkapi proses bisnis yang telah berjalan selama 35 tahun ke belakang. Nah, sekarang kita sudah 39 tahun. Kemudian ada ratusan aturan atau pedoman SOP ada di perusahaan yang kita lakukan revisi atau penyesuaian terkait dengan proses bisnis yang berjalan,” kata Ludi.
Bahkan dirinya bersyukur atas pembenahan yang dilakukan berakhir dengan baik. “Dan Alhamdulillah 2022, ter-capture dari OJK masuk melakukan investigasi, melakukan audit, di situ temuannya ada 40. Dan dalam kurun waktu 2 bulan, kita bisa selesaikan secara clean untuk hasil temuan dari OJK tersebut,” ucap dia.
Selain, pihaknya juga melakukan pembenahan dengan mencontoh dari perusahaan induk, PT Pertamina (Persero) dan menetapkan risk register potensi risiko dengan didukung para staf dan karyawan di lingkungan perusahaan dalam memitigasi risiko.
“Dan kami juga melakukan banyak proses pembenahan, mirroring apa yang dilakukan oleh induk perusahaan, Pertamina. Kita buat yang namanya risk register. Risk register itu semua single elemen yang ada di proses bisnis. Kita melakukan pencatatan potensi risiko. Apa yang bisa berdampak pada saat melakukan kegiatan operasional terhadap performance perusahaan. Dari risk register, itu ada puluhan bahkan kalau nggak salah, terakhir sampai ratusan. Yang tadinya teman-teman tak aware, dianggap risk register ini sebagai tambahan kerjaan. Tapi, kita tekankan bahwa ini adalah embedded (tertanam) dalam proses bisnis yang kita lakukan dan itu bisa berdampak pada performance perusahaan,” papar Ludi.
Menurut Ludi, pihaknya menentukan top risk dari hasil risk register dari semua fungsi yang ada di PertaLife. “Nah top risk ini di 2024 ada 11, dan kita juga mengikuti semua ketentuan yang diminta oleh OJK terkait dengan top risk. Dan ini dilakukan proses monitoring dengan teman-teman compliance,” katanya.
Tak kalah penting, fungsi compliance terus berproses untuk memperhatikan segala macam aturan yang berlaku melalui sistem terotomatisasi. “Nah, kita tentu saja punya yang namanya fungsi compliance. Ini juga memonitor semua ketentuan-ketentuan OJK yang banyak banget sih, sebenarnya. Tapi, kita lakukan secara systemize terkait dengan apa yang kita lakukan proses pembenahan di 2020. Itu kita lakukan yang semula dilakukan secara manual, sekarang lebih teratur dan lebih tertib dengan pengelolaan yang secara systemize,” pungkas dia.
Dalam konteks pembenahan melalui penerapan GRC, dirinya berharap PertaLife menjadi perusahaan asuransi yang lebih clean, dan governance. Sehingga, nasabah dan pemangku kepentingan semakin percaya terhadap perusahaan.
Diarinya berharap, melalui kerja keras selama 4 tahun ke belakang ini, perusahaan mendapatkan pengakuan atau apresiasi. “Ini pun sebenarnya sudah suatu kebanggaan kita masuk dalam nominasi. Tapi mudah-mudahan, ini akan memberikan boosting bahwa ini’loh yang kita lakukan bareng-bareng. Itu bukan sesuatu yang sia-sia bahwa tujuan utamanya adalah membuat perusahaan menjadi lebih clean, lebih governance. Dan juga paling penting dengan compliance yang dilakukan secara benar, ini kita menjaga amanat dari nasabah. Kita membuat nasabah semakin percaya karena yang kita jual adalah bisnis kepercayaan,” papar Ludi.