Jakarta, TopBusiness – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menargetkan minimal 60% pembangkit listrik berasal dari Energi Baru dan Terbarukan (EBT) dari total sumber listrik di Indonesia.
Adapun, rencana tersebut termaktub dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PT PLN (Persero) pada 2025–2035.
Bahlil mengatakan, Kementerian ESDM mulai memetakan besaran target bauran EBT pada RUPTL tersebut atas arahan dari Presiden Joko Widodo dan Presiden Terpilih Prabowo Subianto.
“Saya mulai diperintahkan oleh Pak Presiden Jokowi sama Presiden Prabowo untuk mendetailkan, kita konversi RUPTL 2025 sampai dengan 2035, 10 tahun kan RUPTL itu, minimum saya katakan 60% itu harus energi baru terbarukan,” ujar Bahlil dalam agenda Green Initiative Conference 2024.
Namun, Bahlil mengatakan terdapat beberapa permasalahan untuk mewujudkan target bauran EBT di Indonesia, salah satunya ketersediaan infrastruktur berupa jaringan listrik.
Padahal, kata Bahlil, Indonesia memiliki potensi sumber EBT yang besar, di mana 40% total cadangan EBT di Asia Tenggara berada di Indonesia. Selain itu, 40% cadangan panas bumi atau geothermal dunia berada di Indonesia.
Untuk mengatasi hal ini, Kementerian ESDM meminta PT PLN (Persero) untuk mengidentifikasi sumber EBT. Lalu, pemerintah bakal melakukan intervensi untuk membangun jaringan.
“Investasinya tidak sedikit, ratusan triliun rupiah untuk menghubungkan sumber-sumber daripada EBT kita,” ujarnya.
Kementerian ESDM melaporkan realisasi kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia mencapai 93 gigawatt (GW) per Semester 1-2024 atau periode hingga Juni 2024.
Subkoordinator Penyiapan Perencanaan dan Kebijakan Ketenagalistrikan Nasional Kementerian ESDM Hasan Maksum menjelaskan 85% atau 79,75 GW dari kapasitas terpasang pembangkit listrik di Indonesia tersebut merupakan energi berbasis fosil.
Perincianya, 53% atau 49,88 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), 27% atau 25,24 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), dan 5% atau 4,64 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
“Jenis pembangkit dari 93 GW sampai saat ini ada sebesar 79,7 GW atau 85% merupakan pembangkit fosil,” ujar Hasan dalam agenda Forum Tematis Bakohumas di Bandung, dikutip Sabtu (14/9/2024).
Sementara, realisasi pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) adalah 15% atau 13,71 GW.
Pembangkit listrik berbasis EBT tersebut a.l. 7% atau 6,69 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH), 3% atau 2,6 GW berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), 4% atau 3,41 GW berasal dari PLT Bio dan 1% atau 0,61 GW dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).