TopBusiness
  • Home
  • Economic
  • Business Info
  • Capital Market
  • Finance
  • BUMN
  • BUMD
  • DAERAH
  • Marketing
  • Event
  • CSR
No Result
View All Result
  • Home
  • Economic
  • Business Info
  • Capital Market
  • Finance
  • BUMN
  • BUMD
  • DAERAH
  • Marketing
  • Event
  • CSR
No Result
View All Result
TopBusiness
No Result
View All Result

AMEM Perlu Prioritaskan Pengembangan Energi Terbarukan

Albarsyah
5 October 2024 | 07:55
rubrik: Business Info
Interkoneksi Jaringan ASEAN  Awal Mencapai Ketahanan Energi Terbarukan di Regional
Share on FacebookShare on Twitter


Jakarta, TopBusiness – Hasil Pertemuan Menteri Energi ASEAN (ASEAN Ministers on Energy Meeting, AMEM) ke-42 di Laos pada Kamis (26/9/2024) mencerminkan sikap setengah hati AMEM melakukan transisi energi di Asia Tenggara, yang mendorong pengembangan energi terbarukan namun tetap mempertahankan peran batubara dan gas dalam transisi energi melalui penggunaan teknologi penyimpanan dan penangkapan emisi (CCS/CCUS).

Institute for Essential Services Reform (IESR) menekankan demi memitigasi naiknya suhu bumi akibat emisi dari pembakaran energi fosil, ASEAN seharusnya fokus pada upaya mempercepat transisi energi ke energi terbarukan di kawasan. Langkah pengembangan energi terbarukan akan
berpengaruh signifikan terhadap pencapaian target iklim global, dibandingkan mengandalkan teknologi batubara bersih (Clean Coal Technology, CCT).

AMEM, dalam laporannya, juga mendukung perdagangan listrik lintas batas melalui ASEAN Power Grid (APG) untuk memperkuat keamanan energi dan ketahanan kawasan. IESR menyambut positif hal tersebut dengan catatan sumber listrik yang digunakan harus berasal dari
energi terbarukan.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan upaya memperkuat konektivitas energi di kawasan perlu diimbangi dengan komitmen yang jelas dan penetapan target bauran energi terbarukan yang signifikan untuk dekarbonisasi sektor
kelistrikan. Hingga 2022, kontribusi energi terbarukan terhadap total pasokan energi primer (total primary energy supply, TPES) ASEAN baru 15,6 persen. Peningkatannya hanya 0,2 persen dari 2021. Data ini menunjukkan bahwa negara anggota ASEAN harus bekerja lebih keras untuk
mempercepat pertumbuhan energi terbarukan.
“ASEAN seharusnya lebih ambisius mengembangkan dan mengintegrasikan teknologi energi terbarukan seperti energi surya, angin, panas bumi, dan biomassa ke dalam sistem energinya. Kerja sama lintas negara dalam APG yang perlu memasukkan akselarasi pengembangan pasokan
listrik dari energi terbarukan, selain juga peningkatan integrasi pembangkit energi terbarukan dalam jaringan kelistrikan regional dan di setiap AMS,” ujar Fabby dalam keterangan resmi.

BACA JUGA:   SPAM Layani 400.000 Warga Medan, Binjai dan Deli Serdang

Selain itu, pertemuan ini juga membahas peran batubara yang masih mendominasi bauran energi ASEAN. ASEAN memperlihatkan keengganan untuk segera beralih dari energi fosil dengan sikapnya yang mengapresiasi adopsi teknologi penyimpanan dan penangkapan karbon, seperti
Carbon Capture Storage (CCS) dan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS). Namun, IESR menilai bahwa fokus ASEAN seharusnya lebih diarahkan pada akselerasi pengembangan infrastruktur energi terbarukan yang sudah terbukti lebih efektif dan ekonomis.

Arief Rosadi, Manajer Program Diplomasi Iklim dan Energi IESR, menyoroti teknologi CCS dan CCUS yang secara keekonomiannya masih mahal dengan biaya investasi yang tinggi. Biaya pengoperasian CCS akan semakin mahal jika gas yang diproses memiliki konsentrasi CO2 yang rendah. Selain itu, teknologi CCS/CCUS belum teruji keandalannya dalam menurunkan emisi, khususnya di Indonesia.
“Negara di kawasan ASEAN sebaiknya memusatkan upayanya untuk mendorong investasi yang tujuannya menurunkan emisi secara signifikan dan memberikan manfaat ekonomi dalam jangka panjang, seperti dengan pemanfaatan energi terbarukan. Tren penurunan biaya pembangkitan energi terbarukan menunjukkan teknologi energi terbarukan semakin kompetitif. Sementara investasi pada CCT justru akan memperpanjang ketergantungan pada energi fosil dan memperbesar risiko aset mangkrak (stranded assets),” ungkap Arief.

Studi IESR mencatat bahwa penggunaan CCS memerlukan investasi yang sangat besar, yaitu sekitar USD 3 miliar untuk mengurangi 25-33 juta ton CO2 dalam kurun waktu 10-15 tahun. Jika dibandingkan dengan kapasitas pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara Indonesia yang
mencapai 44,6 GigaWatt pada 2022, penggunaan CCS akan menghabiskan biaya lebih banyak dengan nilai manfaat (return value) yang minim dalam upaya mengurangi emisi karbon dan mencapai target iklim. Selain itu, biaya CCS enam kali lebih mahal dibandingkan pembangkitan
listrik dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) yang didukung oleh teknologi penyimpanan energi.

BACA JUGA:   Kementerian PUPR Renovasi Pasar Baros

Di sisi lain, Agung Marsallindo, Koordinator Proyek Transisi Energi Asia Tenggara IESR, menyoroti terbatasnya keterlibatan masyarakat dalam proses AMEM. Hal ini menyebabkan kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam proses politik regional yang diambil. IESR mendorong proses AMEM yang lebih terbuka agar keterlibatan publik dapat memantau dan memberikan masukan.
“Pelibatan masyarakat sipil harus menjadi bagian dari transisi energi yang adil dan inklusif. Di mana keputusan-keputusan terkait kebijakan energi di tingkat ASEAN juga harus mengikutsertakan lembaga-lembaga masyarakat sipil independen dan tidak berpihak pada kepentingan geopolitik negara mana pun, karena keputusan politik ini akan berdampak pada masyarakat regional, sehingga partisipasi publik dalam proses ini sangat penting untuk mengedepankan aspek inklusivitas dan berkeadilan dalam transisi energi,” ungkap Agung.

IESR mendorong negara-negara ASEAN untuk lebih proaktif mengembangkan kebijakan dan regulasi yang mendukung energi terbarukan dan infrastruktur yang berkelanjutan. Selain itu, IESR menekankan pentingnya akses yang luas bagi publik untuk berpartisipasi pada pengambilan keputusan terkait energi di ASEAN.

Tags: IESR
Previous Post

Berbagai Kebaikan dari Asuransi Syariah, Yuk Simak Info Pentingnya dari Astra Life

Next Post

TOP Human Capital Awards 2024: BPR Delta Artha Tempatkan HC sebagai Aset Paling Berharga

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Info Iklan
  • Disclaimer
  • Email

TopBusiness - Inspire Great Business Performance | All Rights Reserved

  • Home
  • Economic
  • Business Info
  • Capital Market
  • Finance
  • BUMN
  • BUMD
  • DAERAH
  • Marketing
  • Event
  • CSR