Jakarta, TopBusiness – Human Capital (HC) menjadi salah satu instrumen vital dalam pengembangan bisnis perusahaan, setelah tata kelola, kepatuhan dan instrumen pendukung lainnya terpenuhi.
Demikian pernyataan Sri Aprilliawati Maftukhah selaku direktur utama BPRS Buana Mitra Perwira saat mengikuti wawancara penjurian TOP Human Capital Awards 2024 secara daring, Kamis (17/10/2024).
“Jadi intinya, kami melakukan strategi bisnis secara umum terutama kami adalah perbankan, kami memenuhi pemenuhan tata kelola berdasarkan POJK yang sudah ditetapkan. Dan juga kita penuhi kepatuhan pengendalian internal, setelah kedua itu kita penuhi baru kita menentukan penetapan aktivitas dan risk acceptance keriteria yang kita terapkan di bisnis kita,” ungkapnya mengawali presentasinya.
Sebab itu, PT BPRS Buana Mitra Perwira terus berupaya memaksimalkan implementasi HC sebagai upaya untuk mencapai tujuan bisnis, salah satunya melalui peningkatan kualitas tim di perusahaan. “Dan selanjutnya yang kita terapkan adalah empowering tim seperti slide (materi) berjudul Empowering Team for The Powerfull Achievement, memberdayakan tim untuk mencapai hasil yang powerfull,” katanya.
Masih menurut April, demikian ia dipanggil, pemberdayaan tim (SDM) merupakan hal wajib dilakukan untuk meraih hasil yang maksimal, karena tanpanya keberadaan seorang pemimpin pun akan sia-sia tanpa sebuah tim begitu pun dengan tata kelola perusahaan, tanpa eksistensi dan peran tim tak ada artinya.
“Empowering Team ini menjadi inti karena kalau kita sudah memenuhi tata kelola tanpa kita melakukan empowering team ini tak ada artinya, dan seorang pimpinan pun, seorang leader pun tak ada artinya tanpa tim,” tegas April.
“Sehingga bagi saya, human capital adalah is the key, kunci untuk bagaimana kita mencapai tujuan organisasi, dan ini sudah saya terapkan,” lanjutnya.
Upaya ini, kata April, sudah dilakukan sejak periode awal berdirinya BPRS Buana Mitra Perwira, yakni tahun 2004 hingga 2013. Periode tersebut merupakan masa penguatan pondasi, nilai-nilai dan budaya perusahaan. Dan periode selanjutnya yakni pasca 2013 merupakan masa penguatan tim.
“Sejak pendirian dari tahun2004 sampai kurang lebih 2012-2013 adalah periode untuk menguatakan pondasi, loyalitas kemudian bagaimana mewujukan corporate value dan juga budaya perusahaan itu dibangun secara kuat hingga selanjutnya periode setelah 2013 adalah bagaimana kita betul-betul melakukan empowering team karena setelah 2013 itu sudah lebih beragam,” bebernya.
Artinya, lanjut April, kondisi saat ini berbeda dengan periode awal, di mana saat ini perusahan dituntut untuk lebih baik dengan kualitas sumber daya yang notabene generasi milenial sehingga dibutuhkan kreativitas agar bisnis tumbuh dan berkembang.
“Ketika berdiri dulu pimpinan kami adalah baby bomer dan ketika menjelang 2018 saya memimpin karena saya milenial saya melakukan banyak perubahan di 2018 bahwa ternyata tim yang dibangun adalah sudah memerlukan atau sudah menghadapi kondisi keterbukaan atau kondisi yang memerlukan kreativitas untuk mengelola bisnsi kita supaya grow, supaya terus berkembang dan produktif untuk perusahan,” imbuhnya.
Strategi Empowering Team
Dalam presentasinya berjudul Empowering Team for The Powerfull Achievement, Aprillia juga menjelaskan bagaimana membangun dan menumbuhkan tim agar tujuan bisnis dapat tercapai sesuai dengan target perusahaan.
“Di dalam empowering team ini kita melakkan Penetapan dan Standardisasi Tugas Bisnis, Operasioanal dan SPI, SPI yang saya maksud disini adalah tim untuk manajemen risiko dan audit internal, kami ada satuan SPI tersebut,” bebernya.
“Kemudian empowering team berikutnya adalah kita menentukan Produk yang Berorientasi pada Customre dan kemudian menerapkan Reward and Punishment,” lanjutnya seperti dalam presentasi.
Tak hanya itu, BPRS Buana Mitra Perwira juga memiliki lima strategi utama dalam meningkatkan kinerja tim (SDM) yang selaras dengan stratgi bisnis perusahaan, seperti Mengubah Divisi Marketing menjadi Divisi Bisnis.
“Dalam empowering tersebut yang kita lakukan adalah melakukan perubahan, kalau dulu namanya Divisi Marketing istilahnya, ketika belum mengalami pencerahan, tim merasa tidak begitu antusias terhadap bisnis, lebih menunggu pimpinan itu ngomong, lebih nunggu pimpinan ngarahin. Akhirnya kami merubah dari kata Divisi Marketing kita ubah menjadi Divisi Bisnis,” ungkapnya.
Perubahan tersebut, merupakan langkah BPRS Buana Mitra Perwira dalam meningkatkan pemahaman tim terhadap peran dan tugasnya agar ikut serta mengembangkan bisnis, khususnya terkait kontribusinya terhadap eksistensi perusahaan, baik materil maupun nonmateriil.
“Tujuannya adalah supaya orang-orang yang ada di divisi tersebut berfikiran bisnis karena walaupun dalam perbankkan kita memerlukan orientasi bisnis supaya dalam memberikan layanan kepada masyarakat kita memiliki standar-standar efeknya apa kepada lembaga? keuntungannya apa secara materiil? Secara keberlangsungan dan sebagainya,” jelasnya.
Strategi berikutnya yakni, Peningkatan dan perluasan jaringan komunitas. Langkah ini dilakukan sebagai upaya konkrit menjaga eksistensi perusahaan di tengah persaingan bisnis perbankan yang kian kompleks. Belum lagi dengan perkembangan bank-bank nasional yang terus bertransformasi dengan layanan terbaiknya masing-masing.
“Kemudian Peningkatan Jaringan dan Komunitas. Jadi BPRS ini tidak bisa dilepaskan atau visi jangka panjangnya sebenarnya adalah menjadi community banking. Kita tidak bisa bersaing dengan BCA, Mandiri, BRI dan sebagainya. BPR Syariah kalau mau bertahan 10 atau 15, 20 tahun yang akan datang harus mewujudkan dirinya sebagai community banking sehingga di sini saya selaku pimpinan bagaimana mengarahkan BPRS Buana Mitra Perwira ini menjadi sebuah community banking dengan membangun jaringan-jaringan komunitas,” tegasnya.
“Contohnya saya buat jejaring di Kementerian Agama, kemudian saya buat jejaring di guru-guru nonpegawai negeri, komunitas pedagang pasar, komunitas pedagang kaki lima, kemudian ada usaha peternak ayam. Jadi komunitas-komunitas itu menentukan langkah tim bisnis saya untuk memberikan pelayanan dari mulai memperkenalkan diri sampai dengan maintenance. Harapan saya dengan seperti ini (tim) akan lebih fokus dan optimal dalam pelayanan,” imbuhnya.
Kemudian Peningkatan Kapasitas Teknologi (Digital Marketing). BPRS Buana Mitra Perwira terus berupaya memaksimalkan implementasi digital dalam perusahaan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan masyarakat (konsumen). Apalagi layanan yang saat ini diterapkan masih dinilai tepat dan sesuai dengan karakteristik konsumen, seperti layanan jemput tabungan.
“Kami memang belum memiliki mobile banking, tapi kami berusaha mendigitalisasi apa yang bisa kami lakukan, karena di masyarakat Purbalingga masih compatibel, masih pas dengan metode yang kami lakukan sekarang, seperti contohnya layanan jemput tabungan masih ada, karena kami masih melayani tabungan mikro ke pasar-pasar,” jelasnya.
“Yang lain seperti pelayanan nontabungan seperti layanan pembelian tiket, top up bisa kami lakukan dan tentu saja core banking kami sudah melayanani transfer out ke bank umum dan sebagainya, itu teknologi yang kami lakukan,” lanjutnya.
Kemudian strategi yang tak kalah penting yakni, Coaching dan Mentoring. Langkah ini dinilai tepat untuk meningkatkan kualitas tim dan bisnis. Apalagi di dalamnya ada ragam generasi yang memiliki gaya dan budaya yang berbeda-beda.
“Kemudian coaching dan mentoring secara kontinyu kami lakukan secara one on one maupun secara group. Apalagi sebuah generasi Y, generasi X ketemu generasi Z, ini yang harus dilakukan adalah coaching karena masing-masing generasi itu memiliki tujuan yang berbeda-beda, memiliki gaya bekerja yang berbeda sehingga ketika sudah terkotak dalam sebuah community kemudian kami lakukan coaching dan mentoring secara kontinyu,” bebernya.
Dan untuk lebih memantik semangat dan kerja tim, BPRS Buana Mitra Perwira juga menerapkan strategi reward and punishment. Pemberian reward ini tergantung bagaimana mereka dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan target yang diberikan. Jika tercapai 100 persen atau 80 persen makan akan mendapat penghargaan sesuai dengan targetnya masing-masing.
“Kemudian penerapan sistem reward and punsihment untuk tim bisnis dalam tunjangan kinerja dinamis, namanya tunjangan kerja dinamis. Ini (tunjangan) bergerak manakala tercapai 100% tunjangan akan diterima 100%, manakala tidak tercapai 80% maka akan diterima 80% sehingga ini akan menjadi pendorong untuk tim bagaimana caranya untuk mencapai atau melampaui target,” jelas April.
“Kemudian kita lakukan juga Peluncuran Produk Baru, diferensiasi produk dan rebranding produk. Kemudian kita membuat branding-branding, slogan-slogan yang memudahkan masyarakat memahami kami,” pungkasnya.