Jakarta, TopBusiness—Meski menunjukkan kemajuan yang pesat, industri animasi Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan, antara lain kurangnya pendanaan dari sektor keuangan formal, minimnya platform distribusi nasional.
“Juga, ada keterbatasan pelatihan teknis di luar pusat industri animasi yang masih perlu diatasi secara sistematis,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian RI (ILMATE Kemenperin) Setia Diarta, pada acara Bedah Film Animasi Jumbo di Jakarta (8/5/2025).
Menurut data AINAKI (Asosiasi Industri Animasi Indonesia) tahun 2020, nilai produksi animasi Indonesia sebelum pandemi mencapai Rp600–800 miliar per tahun. Saat ini terdapat lebih dari 150 studio animasi yang tersebar di 23 kota, dengan konsentrasi terbesar di Pulau Jawa.
“Potensi ini masih bisa terus dikembangkan sehingga dapat ikut berkontribusi dalam menopang perekonomian nasional,” kata Setia.
Sementara itu, film “Jumbo” menjadi bukti nyata keberhasilan IP lokal yang dikelola dengan baik. Dengan lebih dari 8 juta penonton, film ini telah mencetak sejarah sebagai film animasi Indonesia terlaris di Asia Tenggara, dan menunjukkan potensi karya lokal yang mampu bersaing di pasar global.